Joel alias Jul adalah seorang pemuda
dengan perawakan yang sedang. Posturnya normal orang Indonesia. Kulitnya bersih
namun tidak putih tidak juga hitam. Kuning langsat khas warna kulit ras melayu.
Rambut rapih disisir klimis kaum pomade. Tatanan rambut tegap anti badai.
Sementara bagian pinggir dipapas habis menyudut. Pakaiannya selalu rapih dengan
pilihan celana jeans yang dipadu dengan sepatu branded asal Jerman yang
berlogo garis tiga. Sementara atasannya kaos putih dibalut dengan kemeja planel
khas pemuda-pemuda Amerika generasi tahun duaribuan. Tidak heran kalau banyak
sekali yang nempel dan mengejar-ngejar Joel. Dimana pun Joel berdiri, maka ke situlah
mata-mata wanita muda mengarah. Kondisi Joel dengan mudah ganti-ganti pacar
yang mana saja dia mau. Tapi itu dulu, sekarang Joel sangat jauh berbeda. Sudah
berubah seratus delapan puluh derajat. Perubahan drastis bak timur dan barat. Joel
sudah bukan type orang yang memperhatikan gaya dan penampilannya lagi. Selain
karena Joel sudah bukan anak muda lagi, ada hal lain yang membuat Joel memilih
berubah. Alasan yang teramat kuat mengubah sudut pandang dan jalan kehidupan
Joel.
Semua perubahan itu bermula dari ketertarikan
Joel pada seorang wanita anggota dakwah sebuah kampus negri. Suatu ketika Joel
diminta panitia kampus tersebut untuk menjadi additional drumer acara musiknya.
Ya, Joel adalah seorang dramer yang cukup dikenal mahir dengan gebukannya yang
melenakan. Alunan drum Joel membuat pendengarnya seaakan dihipnotis ikut
menggoyangkan badan dan kepalanya. Mereka pun Turut serta menggerak-gerakkan
tangan dan kakinya. Seakan ikut menabuh.
Apun pun genre musik yang dimainkannya alunan drum Joel akan dinikmati sampai
mereka terlena. Dengan alasan itu juga Joel banyak dikenal kaula muda. Joel selalu
dielu-elukan baik oleh pria atau pun wanita. Terutama para wanita-wanita muda
yang haus eksistensi dan pengakuan, mereka akan teriak-teriak histeris memanggil
nama Joel. Bahkan mereka tak sungkan meminta selpie bareng. Jeprat
jepret photo candied. Hanya untuk memenuhi postingan instagram dan
whatsapp story mereka saja. Mau tidak mau Joel dengan sabar, melayani satu
persatu permintaan penggemarnya itu.
Namun di sudut tiang lorong koridor kampus ada seorang wanita yang seakan cuek saja. Dia tak terbawa heboh oleh tingkah teman-teman sebayanya saat itu yang mengurubuti Joel dengan berebut. Wanita berkerudung panjang, dengan gamis hitam masih berdiri di jalan koridor menuju pintu gedung audoturium kampus tempat akan diadakannya acara festival musik kampus. Jujur saja hati Joel agak terganggu dengan sikap wanita itu. Hatinya penasaran dan sedikit agak keki. Joel merasa tidak dihargai. Tapi mungkin wanita itu kuper alias kurang pergaulan dan tidak tahu siapa dirinya. Begitu pikir Joel sedikit menghibur hatinya. Tapi ngapain juga harus mikirin wanita berpenampilan kolot dengan bajunya. Abis gitu dia juga kudet alias kurang update gak tahu perkembangan musik yang lagi hits dan viral sekarang. Makanya dia gak tau siapa gue. Hati Joel terus menggerutu menghibur diri, sambil perlahan berjalan masuk menuju gedung dimana panggung berdiri. Namun pandangan Joel tetap tertuju pada wanita yang berbeda itu. Tanpa sadar langkahnya juga malah mendekati keberadaan wanita itu. Yang entah kebetulan atau sudah ditakdirkan yang kuasa, Joel dan wanita masuk bersamaan ke ruang panitia. Dan saling duduk bersebelahan. Joel terus menatapnya tajam dan dalam. Sementara dadanya berdebar kencang. Mungkin amarah di hatinya yang memacu jantungnya bereaksi begitu.
“Assalamualaikum, Mas
Joel!” tiba-tiba saja wanita itu menyapa Joel.
Bak disambar geledek, Joel
terperanjat dan kaget. Tidak biasanya Joel merasa kikuk dan kaku seperti ini di
depan wanita.
“Wa’alaykum Salam, Mbak!”
Jawab Joel agak terbata dan lambat. Sementara matanya masih terus memandang
wanita aneh ini. Aneh teramat sangat, karena dia menyapa dengan salam tanpa mau
memandang ke arah Joel. Wajahnya sengaja dibuang ke arah lain. Membuat hati
Joel semakin merasa dongkol. Joel berpikir wanita itu makin kurang ajar saja.
Karena apa yang dipikirkannya tadi semuanya salah. Wanita itu ternyata kenal
siapa dirinya. Buktinya dia menyapa dengan memanggil namanya di ujung salamnya.
“Kenapa Mbak buang muka gitu?
Wajah Gue menjijikan ya? Atau menakutkan bagi Loe Mbak?” Joel coba mengkomplen
kelakuan wanita itu dengan nada yang agak ketus.
“Oh ini Mas Joel daftar susunan
acaranya, sama di sana juga sudah saya tandain di bagian mana saja nanti Mas
Joel masuk dan mainnya.” Jawab wanita itu dengan nada yang biasa saja sambil
menyodorkan dua lembar kertas. Namun wajah dan matanya tidak sedikit pun
menoleh ke arah Joel yang dia ajak bicara. Wajahnya tetap menatap ke arah
panggung yang ada di hadapannya dan Joel.
Joel makin melongo dengan
kelakuan wanita ini. Kekesalanya semakin bertambah. Karena bukannya menjawab
apa yang Joel tanyakan, malah seenaknya bikin topik lain. Sementara tangan Joel
coba meraih kertas yang diserahkan wanita itu. Mata Joel tak sedikit pun lepas
dari menatap wanita di sampingnya itu. Parasnya terbilang cantik dan menarik.
Nampak natural tanpa balutan make-up apapun sepertinya. Tanpa bedak yang
ditabur di pipinya, tanpa gurat pensil di alis, tanpa gincu juga di bibirnya.
Namun dengan begitu Joel tahu, kalau wanita ini merupakan salah satu panitia
dari acara yang mengundangnya. Wanita aneh yang menggagunggu hati Joel sejak
tadi. Wanita yang kini terus Joel tatap tanpa melewatkan sedetikpun dari
memandangnya. Wanita yang kini sudah mulai berdiri dari tempat duduknya dan
memakai earphon sebagai alat komunikasi panita acara. Terdengar dia mulai
berbicara, namun tidak jelas terdengarnya. Karena Konsentrasi Joel masih
terfokus pada kekesalan hati pada wanita ini. Wanita yang kini perlahan pergi
menjauh dan hilang dari pandangan mata Joel.
“Bro, sorry ya Gue baru nemuin
Loe!” Suara yang sudah sangat Joel kenal tiba-tiba mengagetkannya. Belum lagi
tepuk keras di pundak Joel. Seakan membuyarkan semua yang sedang Joel kecamukan
sedari tadi. Saat ditengok benar saja. Andra sudah nemplok di kursi yang ada di
sebalahnya. Entah dari arah mana dia datang, entah kapan juga dia sudah ada di
sini pikir Joel. Yang jelas sekarang Andra duduk di kursi yang tadi diduduki
wanita aneh itu.
“Woi kenapa Loe Bro?” Andra
kembali mengusik lamunan Joel sambil menjambak-jambak rambut temannya itu. Andra
salah satu teman Joel yang akrab. Mereka dipertemukan di studio yang biasa
mereka pakai latihan ngeband. Karena band milik Andra sering memakai studio
milik Joel untuk latihan. Andra juga yang mengundang dan merekomendasikan Joel
sebagai additional drumer di acara kampus ini. Tak heran jika mereka berdua
begitu akrab sampai tidak ada batasan lagi diantara mereka. Karena bagi
mereka teman yang susungguhnya adalah yang
saling tidak sungkan dan tidak ada batasan dalam bergaul dan bertegursapa. Baik
sedang bercanda ataupun sedang serius.
“Apaan yang kenapa pe-a.
Gue kagak kenapa-napa!” dengan nada sewot Joel menepis.
“Pala loe Joel kagak kenapa-napa.
Gue datang dari tadi Loe cuma cengo aja. Kaya ayam kena tetelo.”
“Kagak Ndra, Gue kagak
kenapa-napa. Serius Gue.”
“Beeegh, Gue demen nih yang kaya
gini. Mulai kagak jujur ni bocah. Eh Loe denger ya bentar lagi mau performance
manggung Loe. Eh sekarang Loe masih bengang-bengong aja. Gue kagak mau ya,
penampilan Loe ancur nanti. Gue yang malu nanti Joel. Gue yang bawa Loe ke sini
soalnya.” Andra protes panjang menyoal
kondisi Joel yang tidak biasa itu.
“Kagak Ndra, Asli Gue gak
kenapa-kanapa. Bangsat juga loe, bawa-bawa ke manggung segala. Gue Cuma lagi
kesel aja sama panatia loe di sini.”
“Waduh, berabe nih. Kenapa emang
kenapa Joel? Sama yang mana orangnya?” Andra menimpali penuturan Joel yang belum
selesai.
“KagaK Bro, udah biasa kok. Gak perlu
diperpanjang. Orangnya udah gak ada. Udah pergi tadi, pas selesai ngasihin
kertas susunan acara ini.” Joel menyodorkan kertas di tangannya.
“Hahahahahaha, mampus Loe Joel.
Kenapa loe sampe bisa kesel sama dia.” Jawab Andra, setelah tahu yang membuat
Joel keki adalah temen sekelasnya. Andra tahu karena yang megang acara adalah
teman kelasnya yang sudah lama dia kenal.
“Tunggu Joel, biar Gue tebak deh!
Loe kesel kan sama sikap dia yang dingin. Sama kalau ngomong sama Loe kagak
ngeliat muka loe kan. Hahahahahahah.” Sambil tertawa terbahak-bahak. Andra
ternyata tahu sebab Joel dongkol sama wanita tadi.
“Eh Andra bangke, Loe pernah
ngalamin digituin juga sama dia. Kok Loe sampe tau?” Joel coba menilisik makin
penasaran. Sementara hatinya sudah terlanjur terpaut pada paras cantik wanita
yang membuat jengkel batinnya.
“Bener banget loe, Bro! Dulu awal
masuk kuliah juga Gue senep mampus sama cewek itu. Tapi setelah Gue tau biasa
aja Bro. Dia baik kok sebenernya. Asli Joel. Nah Gue harep Loe juga udah biasa
aja, emang jalan hidup cewek itu kayak gitu. Aneh, gak umum kaya yang laen. Hahahaaha.”
Andra menjelaskan panjang lebar sambil masih cekikikan. Karena tak tahan
melihat raut wajah Joel yang begitu kesal dengan kelakuan teman sekalasnya itu.
“Anjiiir parah loe Ndra. Orang
bar-bar kagak tau sopan santun loe anggep biasa aja.” Sela Joel.
“Eh Joel, Loe denger Gue. Sejak
kapan anak band kaya kita pake itu sopan santun anjiir, hahahah.” Andra masih
aja cengengesan mencandai temannya yang belum juga hilang kedongkolannya.
“Masalahnya dia kan cewek Ndra.
Berkerudung lagi njir. Tapi boro-boro ramah. Ngasih kertas ke Gue aja kagak
pake ngeliat muka Gue. Parah Anjir, bener bener bar-bar tuh anak.” Joel
memuntahkan kekesalannnya dalam bentuk verbal di hadapan Andra.
“Eh Loe harus paham Joel, dia itu
golongan ukhti-ukhitian gitulah sebutannya. Yang mereka punya aturan yang gak
normal banget buat jaman kita ini. Ya kaya pergaulan orang pra peradaban gitu
lah anjir, Joel. Gue ngerti dia karna Gue satu kelas sama dia dari semester
satu. Dia sama anak broadcast juga kaya Gue. Bahkan Gue sering satu kelompok
penugasan peliputan acara sama dia. Jadi Gue sering bareng sama dialah. Jadi
Gue taulah aturan hidup Dia. Percuma kalau Gue jelasin, anjir. Gue capek
ngomong loe gak bakal paham, Joel. Pokoknya dia Islamnya bedalah.”
“Siapa nama dia Ndra?”
“Eh Bangke, Ngapain Loe pake
segala nanya nama dia segala? Emmmhhhhh, muka gila Loe ya. Loe demen lagi sama
dia?”
“Beeh sotoy parah nih bangsat
satu ini. Eh Ndra, cewek-cewek cakep ada di sekeliling Gue. Gue tinggal tunjuk
mau yang mana. Kenapa harus juga Gue suka sama dia.” Joel tak mau isi hatinya
diketahui temannya. Karena bakal jadi sebuah aib yang memalukan kalau Andra
sampai tahu, kalau sebetulnya Joel tertarik hati dengan wanita aneh yang baru
saja dia temui. Maka dia buat alibi sebisa mungkin.
“Yah, padahal kalau loe beneran
suka, Gue bisa bantuin Loe. Buat bisa menaklukan cewek yang kaku bagai karang
di lautan itu.” Andra menggoda.
“Serius Loe Ndra?” Jeol sigap
menyambar ucapan temannya.
“Emmmhhh, bangsat juga Loe Joel.
Tadi bilang kagak suka. Sekarang aja nyamber kaya petir! Ketauan kan Loe.”
“Beeeh dasar bocah jahanam Loe
Ndra. Bisa aja loe mancing Gue. Tapi emang Gue penasaran sama cewek dableg
tadi. BTW nama dia siapa sih?”
“Nama dia Yanura. Lengkapnya
Yanura Qolby. Kata dia arti namanya itu “Wahai Cahaya Hatiku” Beeeehhhhhhh,
mantep gilakan Joel nama dia. Tapi Loe inget Joel, Loe gak usah mikir buat suka
sama dia. Karena Cuma bakal bikin hidup Loe ancur. Ampe kapan pun loe kejar dia
gak bakal suka sama Loe. Loe sama sekali bukan cowok yang si Nura cari.” Jawab
Andra agak panjang. Andra ingin meyakinkan temannya itu. Jika menyukai Yanura
adalah perbuatan sia-sia. Karena Andra juga paham betul bagaimana seorang Joel.
Joel Orang yang super nekat dan ambisius sekali. Jika ada yang dia inginkan
akan dia kejar terus sampai bisa diwujudkannya. Maka Andra tidak mau, kalau
Jeol benar-benar nekat mengejar Yanura.
“Emang type kaya apa yang cewek
itu mau?” Joel menilisik penasaran. Sikap joel yang semakin jauh mengorek
tentang Yanura. Membuat Andra yakin, kalau Joel memang tidak main-main. Dia
betul menyukai kawan seangkatan di kampusnya itu. Hal yang akan membuat kepala
Andra pening bukan kepalang ke depannya, jika Joel benar-benar mengejar Yanura
mati-matian.
“Joel, kali ini Loe mesti denger
nasehat Gue. Sekali lagi Gue ingetin Loe. Loe gak usah ngejar dialah. Lagian
bener kata Loe tadi. Cewek di sekitar Loe banyak. Sebaiknya Loe pilih aja salah
satu dari mereka ajalah. Lebih seimbang sama Loe Joel kalau mereka. Kalau Nura
typenya bukan Loe banget. Dia sebetulnya gak suka musik. Gak suka juga hiruk
pikuk kaya begini. Type cowok yang dia cari ya. Setau gue ini sih. Dia maunya
sama cowok yang akhi-akhian gitulah. Bukan anak band macam kita ini.” Tiba-tiba
bahasa Andra pun menjadi serius. Mungkin didorong kekhawatiran jika temannya
ini betul betul nekat. Maka dengan penjelasan serius dan panjang lebar berharap
karibnya ini bisa memahami.
“Loe kalau ngomong yang jelas,
ndra. Maksud loe akhi-akhian gimana?” Joel masih bingung dengan yang dijelaskan
Andra.
“Aduh emang pea Loe ya Joel. Yang
begituan aja loe kagak ngerti. Sok-sokan mau suka sama Yanura. Ngaca Bro, please
ngaca Bro! Noh, dari sini lurus belok kiri. Masuk ke dalam ada toilet. Nah di
situ ada cermin gede. Loe bisa ngaca di situ!”
“Aaah emang bener-bener bangsat
loe ya, Ndra! Gue tanya serius kali ini!”
“Ya elah Joel, napa loe jadi sewot.
Kaya yang kagak biasa aja becandaan sama Gua. Kacau emang
tuh cewek bikin si
Joel Lose control begini.”
“Ya udah kampret cepetan loe
jelasin akhi-akhian kaya tadi itu gimana?”
“Akhi-akhian itu panggilan buat
cowok yang Islami gitulah. Yang ada jenggotan. Bajuanya rapih baju koko kaya
mau sholat ied lebaran. Tapi gak sarungan juga sih. Sama akhi-akhian itu kalau
pake celana itu digulung ama dia sampe di atasnya mata kaki gitu. Nah kalau
mereka ngobrol banyak bahasa kaya arab gitu. Kalau ngomong bilang afwan afwan
terus. Kalau beres pasti bilang syukron syukronan gitulah. Kalau Manggil cowok
akhi akhi. Kalau manggil cewek ukhti ukhti begitulah. Nah itu yang sering Gue
liat sama denger dari mereka. Nah cowok kaya gitu yang dimau sama si Nura. Nah
Loe bayangin kaya gimana. Ribet kan anjir hidup mereka.”
“Parah banget ya, Ndra!” jawab
Joel menerawang sambil membayangkan yang dijelaskan Andra.
“Kalau otak Loe gak nyampe buat
bayanginnya. Loe bayangin aja kaya Ustadz Aa Gym sama Yusuf Mansur yang ada di
tv. Atau kalau di Youtube sama IG itu suka ada Abdul Shomad sama yang namanya
Basalamah basalamah gitu. Nah Loe searching dah di youtube. Kaya itulah kira-kira.
Makanya gak mungkin kan gue bilang. Loe mah ambil aer wudhu aja kagak pernah
liat Gue, Joel. Jadi kalau loe nekat juga percuma. Udah auto delete dari
nominasi pertimbangan cowok idaman si Nura.”
“Iya bener juga yang Loe bilang ngeri
juga selera tuh cewek ya.” Joel menimpali singkat saat hatinya hancur tersayat
kata-kata temannya. Kata-kata yang menyadarkan pada kenyataan tidak ada harapan
untuk mengejar cinta pandangan pertama pada wanita seperti Yanura.
“Tapi, Bro! Gue gak bisa bayangin
kalau loe beneran nekat ngejar dia. Loe inget kan band metal dari Bali
Betrayer. Nah gitarisnya Dery Sulaiman juga katanya sekarang udah berubah
akhi-akhian gitu. Sekarang dia make jubah daster kaya ibu-ibu gitu terus kepala
nya pake iket udeng udeng, Bro. Dia sekarang kaya suka ceramah gitulah. Nah gue
bayangin takutnya Loe juga berubah begitu kalau beneran nekat ngejar si Nura. Hahahaha.
Kocak kan Loe nantinya.” Andra cekikikan menggoda Joel Habis-habisan.
“Anjir, Loe Andra. Kagak boleh
Leo ngolok-olok pilihan jalan hidup orang laen. Karena kita kagak tau jalan
hidup mana yang lebih bener. Mungkin dengan begitu mereka bisa dapetin
ketenangan kebahagian sama dapetin apa yang mereka cari.” Ketus Joel dengan
pandagan agak tajam.
“Waaah gila, parah Loe Joel....
udah bener kerasukan Ustadz loe. Sekarang loe udah bisa ceramah segala sama Gua.
Ustadz Joel nasihatnya mengena dihati hamba. Hahahahaha.” Ucap Andra semakin
menjadi menggoda Joel yang semakin serius.
“Loe yang parah pea, Ndra!” Jawab
Joel makin ketus dan singkat.
“Iya iya bro. Sorry deh sorry.
Gue minta maaf kalau Gue keterlaluan. Tapi Gue harep Loe balikin mood Loe dulu
lah. Jangan nekuk muka bete kaya gitu. Parah banget muka Loe. Sepuluh menit
lagi Loe naek panggung. Jangan sampe ancur nanti maen Loe, Bro! Loe focus Bro,
Focus!” Ucap Andra menyemangati Jeol sambil mengarahkan dua jarinya ke matanya
sendiri. Sebagai isyarat pandangannya harus tertuju pada satu titik saja yang
sedang ia hadapi. Jangan ada pikiran macam-macam dan lain hal saat hendak
beraksi di atas panggung.
“Oke Siap, Bro! Aman kalau itu.
Gue selalu proefsional Bro. Urusan kerjaan sama pribadi kagak pernah Gue campur
adukinlah.” Ucap Joel meyakinkan Andra.
“Kerenlah kalau gitu. Gua demen
banget yang kaya gini. Sama tenang Bro. Kalau Loe serius mau gilanya. Loe mau nyoba
ngejar si Nura. Gue pasti bantuin Loe. Tapi inget satu hal. Popularitas Loe,
Duit kekayaan Loe, sama modal tampang Loe. Gak laku dijual sama dia! Intinya dengan
loe yang sekarang. Bagi si Nura Loe itu is nothing, hahahahahah.....”
“Berisik loe. Bener-bener temen
paling bangke Loe ya Ndra. Hahahahhah...!” Kini Jole bisa tertawa lepas
menimpali godaan temannya itu. Dan bisa bersiap tampil lepas serta maksimal di
atas panggung. Menghibur ratusan orang dengan gebukan gebukan yang memang sudah
mereka tunggu sedari tadi.
*******
Yanura Qolby.... Yanura Qolby...
Sambil menyetir Nama itu terus Joel lapalkan tak henti-hentinya. Entah kenapa
nama dan wajahnya tidak bisa hilang dari ingatan Joel. Sesekali matanya menoleh
ke secarik kertas yang dia tempel di dasboard mobilnya. Joel baca lagi tulisan
itu dengan keras Yanura Qolby. Lalu di bawahnya ada sederet nomer yang tersusun.
Tak lain adalah nomer whatsapp Yanura yang diberikan oleh Andra temannya. Selagi
jalan kota macet ia ambil Hpnya. Kemudian ia masukan nomer Yanura untuk
menyimpannya. Sigap ia buka aplikasi dan klik ikon berwarna hijau yang khas. Ya
sudah pasti aplikasi Whatsapp. Ia perbaharui daftar kontak Whatsappnya. Beberapa
saat mereload nomer-nomer yang tersimpan dalam Hpnya. Diiringi rasa waswas dan
cemas, kalau-kalau nomernya ini tidak ada
dalam daftar whastapp. Setelah selesai ia ketik pencarian dengan Nama
Yanura. Dan Muncullah nama yang dicari di daftar whatsapp dengan profile sebuah
tulisan arab yang tidak bisa ia baca. Modal pertama yang ia miliki untuk
semua usaha yang kelak akan ia lakukan. Tapi meski hanya dengan begitu saja
membuat hatinya lega dan senang bukan kepalang. Sampai tiba-tiba ia terkaget
oleh suara tat tet tot bunyi klakson kencang di belakangnya. Klason mobil dari
orang-orang yang sudah sabar ingin segera jalan. Karena ternyata di depan Joel
sudah tidak ada mobil lagi yang menahannya.
Joel pun segera memacu mobilnya
keluar dari kemacetan dengan kecepatan maximal. Joel ingin segera sampai ke
rumahnya. Ingin segera merebahkan diri di tempat tidurnya. Memikirkan segala
kegalauan yang tengah ia hadapi. Kegalauan yang bersumber dari keinginannya
yang sangat besar. Mamun sialnya dihadapkan dengan segala ketidakmungkinan.
Sebuah kemustahilan yang sangat di luar nalar untuk bisa diuraikan oleh akal
sehat.
Karena tidak pernah Joel
merasakan perasaan sekuat ini kepada seorang wanita. Wajah Yanura terus
menggelayut di pelupuk mata Joel. Terus mengikuti ke manapun arah pandangan
dihadapkan. Melekat begitu kuat dan tidak sedikitpun Joel mampu menghapusnya
barang sedetik saja. Namanya kini terasa begitu agung dalam benak sanubari terdalamnya.
Tapi perkataan-perkataan Andra pada obrolan di acara kampus tadi, terasa
sangat mengena. Semua yang Andra utarakan benar adanya. Mana mungkin anak band
dengan segala kebebasan dan urakannya, bisa berpasangan dengan seorang wanita
yang jauh dari kebebasan. Dan memenjarakan dirinya dalam prinsip kekakuan yang
dia yakini kebenarannya. Perasaan suka pada Yanura dan pernyataan Andra terus
bersahutan dalam hati Joel. Menimbulkan pergolakan hebat dengan kecamuk yang
terasa makin menyiksanya.
Baru kali ini Joel merasakan
kondisi seperti ini. Dimana ia suka kepada seseorang tapi dia tidak bisa
berbuat apa-apa sedikitpun. Joel seakan tak berdaya dengan yang dia rasakan. Semuanya mentok tidak ada jalan usaha yang
bisa dia lakukan. Ketampanannya saat ini sama sekali tak laku bagi Yanura.
Popularitas sebagai anak band ternama yang digandrungi kaula muda saat ini pun.
Tidak sedikit pun menjadi nilai jual Joel di handapan Yanura. Bahkan kemewahan
dan harta yang menempel pada diri Joel betul-betul tak berguna menolongnya
untuk bisa mendekati Yanura. Padahal tiga hal tadi adalah jurus jitu Joel dalam
menggaet cewek-cewek yang dia mau. Dengan tiga hal tadi otamatis mau dan nurut
semua cewek yang Joel sukai. Tanpa kesulitan tanpa halangan tanpa rintangan.
Tapi tidak untuk hari ini.
Maka hari ini adalah hari yang
amat bersejarah dalam hidup Joel. Dimana biasanya Joel berlaku bak seorang raja.
Dengan segala yang dia miliki, dia dengan mudah mendapatkan apapun yang dia
inginkan. Tapi kali ini tidak. Pikiran Joel mulai berubah haluan. Ada yang
lebih berharga dari ketenaran, ketampanan dan harta yang dimiliki. Yaitu cinta
yang harus diperjuangkan. Cinta yang tidak bisa dimengerti nalar. Cinta yang
tidak bisa ditakar. Cinta yang tidak bisa dibeli dengan semua yang bersifat
material. Joel sudah bulat tekad dalam hatinya. Bahwa dia harus memperjuangkan
cintanya. Meski kata Andra, itu adalah hal gila. Dan sesuatu yang tidak
mungkin. Tapi kata Andra juga masih ada celah dengan menjadi seperti yang
Yanura impikan. Terdengar sedikit gila dan nekat seperti yang lagi lagi Andra
katakan. Tapi memang hanya itu jalan satu-satunya mewujudkan impian yang kadung
mengunci dalam ingatan.
Sesampainya di rumah Joel
betul-betul merenungkan semua yang tengah ia rasakan. Segala kecamuk dan
kegalauan hati ia resapi betul-betul dengan nalarnya. Pertimbangan demi pertimbangan
Joel coba kemukakan. Hitungannya harus betul-betul matang. Karena ini tidak
sesederhana apa yang orang lain pikirkan. Tidak sesimple pula yang Andra
gambarkan. Karena tidak banyak tahu, Kalau sebetulnya Joel adalah seorang
penganut Khatolik. Namun bukan seorang taat dalam beragama, maka tidak heran
jika Andra teman dekatnya pun tak tahu kalau Joel adalah seorang Khatolik.
Tapi apa iya demi cintanya pada Yanura
yang sama sekali yang tidak ia kenal sebelumnya, dirinya harus mengubah
keyakinan yang melekat dalam dirinya. Perasaan itu juga yang terus mengganggu.
Seakan menghalangi langkah Joel untuk mengubah jalan hidupnya menjadi seorang
yang diinginkan Yanura. Demi cintanya yang baru kali ini rasakan begitu hebatnya
rasanya memang apapun harus dilakukan. Meski konsekwensinya akan mendapatkan
pertentangan hebat dari keluarganya. Akan diprotes keras tentunya oleh kedua
orang tua dan saudara-saudaranya. Dan entah apa lagi nanti yang akan diterima
jika benar-benar terjadi ia mengubah keyakiannya.
Meski begitu, tekad Joel tetap
bulat, untuk mengubah segala yang ada dalam dirinya dengan hal baru. Sesuatu
yang belum pernah ia rasakan. Kondisi yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sudah pasti berat. Tapi begitulah cinta sejati. Selalu akan hadir dengan segala
onak cabaran dalam perjuangannya. Jika memperjuangkan sesuatu itu terasa berat.
Maka apa yang kelak akan didapat adalah hal yang terhebat. Kalimat itulah yang
memompa semangat dan meneguhkan kayakinan seorang Joel. Tetap teguh tak mengubah
pilihannya untuk mengkonnversi agamanya dari khatolik menjadi pemeluk Islam.
Namun bagaimanapun perpindahannya ini akan ia rahasiakan dari semua orang. Dari
keluarga dan saudaranya, dari teman-temannya termasuk Andra, bahkan dari Yanura
wanita yang ingin dia kejar saat ini. Joel berfikir tidak mau jika nanti Yanura
menerimanya hanya karena iba dan kasihan dengan perjuangan dan pengorbanannya
melepaskan agama lamanya dan pindah ke Islam. Namun kelak jika suatu saat
semuanya memungkinkan, tentu akan Joel katakan pada semua yang dia kenal.
Bersambung.......!!!!!!!!!
Garut, Ahad 22 Jumadil
Awwal 1441 H / Minggu 19 Januari 2020
Dipaksa komentar....
ReplyDelete~~~~~~ #voicenote
🙅🙅🙅