Breaking

RESENSI NOVEL LASTI TSANIYAH (Oleh Ikhsan)

(Sang Zundi Khatulistiwa). Semangat pagi! Alhamdulillah, setelah selsai menyelsai naskah dan kirim ke penerbit, saya masih diberi kesempatan untuk menyapa kembali temen-temen semua. Meski semalam semalaman sampai pagi ini belum tidur, tapi tidak boleh loyo dan lemah. Harus tetep semangat pagi!

Setelah sebelumnya saya pernah me-share sama temen-temen semua resensi NOVEL LASTI TSANIYAH dari pembaca. Pada kesempatan kali ini juga saya akan mempostingkan kembali resensi yang dibuat oleh pembaca.



Setiap orang punya sudut pandang masing-masing. Setiap orang punya cirri khas da gaya dalam mengekspresikan apa yang telah dia baca. Dan setiap orang pun pasti akan mempunyai kesimpulan masing dari apa yang telah meeka lihat, baca dan alami. Untuk itulah saya meposting resnesi yang datangnya dari teman-teman pembaca. Jadi temen-temen semua bisa merasakan langsung perbedaaan cara mereka menyampaikan isi dari apa yang telah mereka baca dalam Novel Lasti Tsaniyah .

Resensi kalini datang dari Ikhsan. Beliau adalah teman saya, bisa dibilang dekat karena sering ketemu, SMS dan telphonan tentunya. Kalau Fb kayanya sudah jadi menu hariam bareng dia . hehehe

Berikut adalah Resensi beliau :



Judul : Lasti Tsaniyah
Penulis : Sang Zundi Khatulistiwa
Penerbit : Pustaka Rama
Tebal : 248 + VIII
Harga : Rp.30.000,-




Judul Resensi : singgasana cinta suci....resensi dari novel lasti tsaniya

Rabu pukul 1:13


Cinta adalah sebuah permainan teka-teki taqdir yang misterius. Ia menyelinap dalam diam di sela kerinduan yang tak pernah diharapkan datang. Ia menerobos dinding tebal nan kuat dasar hati manusia yang selalu berusaha mengelak dari pelukan nasib. Tapi, terkadang karang terjal curam pun menanti di puncak kemelut.

Adalah satu hal lumrah yang dialami seorang anak manusia mengenal cinta pada awal kehidupan remajanya. Seperti halnya yang dialami Lasti Tsaniya, remaja putri cantik yang mengalami transformasi budaya dalam kehidupannya pasca ia menimba ilmu di pesantren. Ia ditaqdirkan bertemu cinta pada awal yang biasa saja di sela keengganannya menjalani hidup sebagai putri pingitan di dalam bangunan penuh disiplin aturan dan seperangkat norma. Tapi, sang pria telah mencuri hatinya. Ia tak pernah bisa mengelak. Bibit cinta itu telah mengeluarkan tunasnya. Dan siap-siaplah ia menjadi buah yang matang.

Realita mengatakan, Lasti harus berupaya menekan perasannya sedaya upaya. Ketika ia mengetahui bahwa, kakak kelasnya yang sudah seperti kakak baginya, Syifa, mencintai pria yang sama, dialah Azhar Mubina. Pria sejuta pesona yang telah meluluhkan kelopak cinta di hatinya. Apalah, arti takdir yang berjalan ini. Ia tak pernah memahami. Kenapa cinta yang telah merebut kemerdekaannya sebagai gadis ceria harus membuat suatu stage hidup baru yang tak pernah disangkanya pula.
Tapi, ia harus besar hati dan mencoba ikhlas. Bagaimana pun kehidupan terus berjalan dan ia tak boleh meratapi nasibnya.

Kini, di sela kegamangan hatinya. Ia harus bertemu lagi oleh cinta yang berusaha ia menguburnya. Dua kali, dua pertemuan. Ketika mengajar di kelas dan ketika ia tersandung masalah sepele yang membawanya ke meja sidang majlis tahkim yang penuh rekayasa fitnah dan pencemaran nama baik. Ia harus menerima perlakuan keji dan difitnah sedemikian rupa oleh para staff keamanan pondok yang berhati kejam melebihi iblis. Tapi, kebenaran adalah ibarat intan permata yang tersimpan dalam di dasar samudera. Ia seperti berlian yang dilumuri air pelimbahan yang kotor. Tetaplah kemilau pesona intan itu senantiasa bersinar. Lasti akhirnya terlepas dari segala fitnah dan tuduhan keji yang disematkan oleh Hajar, sang staf keamanan.

Pasca sidang itu barulah terungkap semua teka-teki antara Syifa dan Azhar. Bahwa mereka hanyalah seorang saudara sepersusuan. Dan yang lebih membuat hatinya berbinar-binar bahagia dan terharu ternyata azhar mengirimnya surat cinta pertama kali. Yang ia mengatakan kalau mereka jodoh pastilah Allah akan menyatukan mereka dalam ikatan yang halal.

Tapi, ibunya harus berusaha membesarkan hati Lasti ketika tahu bahwa ayahnya tak menyetujui pria yang akan melamar Lasti. Ayahnya adalah seorang yang berwatak keras dan teguh pendirian. Kini, untuk ke sekian kalinya lasti harus benar-benar menangis. Dalam hati, ia ingin memperjuangkan harapannya. Menikah dengan seorang pria sejuta pesona yang tampan rupawan dan digandrungi gadis-gadis. Tapi, ia harus patuh pada kedua orang tuanya. Lasti adalah gadis manis yang penurut dan senantiasa belajar menjadi anak yang berbakti.

Suatu sore ia bertemu dengan orang yang akan melamarnya. Lasti harus menelan bulat-bulat pil pahit kehidupan. Apakah setiap yang pahit itu akan menjadi obat? Apakah kemanisan tak berhak dicecapnya? Ia lalu bertemu teman lamanya, Lina, membicarakan masalahnya. Sebagai aktifis LSM ia mau membantunya. Akhirnya mereka ke Jakarta. Ketika azhar pulang. Dan lasti ke rumah Syifa untuk bertemu Azhar menceritakan kenapa ia tak bersegera. Azhar hanya sedikit ber-empati. Perih dengan darah yang menyemburat kini kian menyudutkannya ke kursi pesakitan. Azhar tak peduli padanya. Ternyata cinta yang diharapkan membawa kebahagiaan dalam hidupnya malah memecahkan asanya.

Tibalah, hari pernikahan itu. Suatu fragmen kehidupan biru maha piluyang kini harus dijalaninya dengan setengah nyawa. Lasti senantiasa bersabar dan berbaik sangka pada mahacinta untuk pernikahannya itu. Akhirnya kuncup kebahagiaan itu lahir dengan sejuta kejutan tak terkira. Ternyata, cinta yang dulu telah membuatnya merasa berarti kini ada di hadapannya. Cinta yang senatiasa membawa rumpun bunga kebahagiaan kini berseri lagi. Ya, airmata pilu itu sudah terhapus dari mata cantiknya untuk selamanya. Karena pria yang menikahinya itu adalah Azhar. Ya, lasti terlampau paranoid dengan takut kehilangan cinta sejatinya. Adakah anugerah terbesar yang lebih syahdu daripada dikabulkannya doa kita dengan pasangan impian yang telah lama kita dambakan.

Penulis menutup plot cerita dengan sangat mengejutkan semua pembaca. Cinta adalah deru angin surga yang berembus syahdu meliuk di tengah pusara sukacita. Cinta adalah rumpun mawar yang mewangi ketika nektar dihisap kumbang yang memberi madu. Cinta adalah sebuah singgasana kemuliaan yang dihuni oleh tuannya bernama ketulusan dan kasih saying. Cinta itu selalu suci jika diikat dengan tali ikatan yang halal dan syah. Pernikahan.

Demikianlah Resensi dari teman saya Ikhsan. Dan buat temen-teman yang sudah membaca Novel Lasti Tsaniya, saya tunggu komentarnya. Kalau ingin mebuat resensinya juga, saya tunggu. Insya Alloh nanti diposting seperti. Buat yang belum baca, cepetan beli yah ^_^ , hehehehe.

Alhamdulillah, Wassalam

2 comments:

  1. Resensi yang ciamik, bikin saya langsung penasaran untuk baca full edisinya

    ReplyDelete
  2. wah sy baru tahu tempe eh tahu resensi y dimuat si jujun

    ReplyDelete

Hikmah dalam kata akan terkenang sepanjang massa. Sertakan Komentar Anda. (Perkataan yang Tidak Sopan Tidak Akan Ditampilkan)