Breaking

Permata Rindu

Telah bulat hatiku memilihmu.
Menetapkan cinta melabuhkan rindu.
Dan itu hanya padamu.

Karena di mataku engkau begitu anggun dengan segala perhiasanmu.
Tunduknya matamu, lembutnya suaramu telah munaklukanku.
Tiada kutemukan jemu.
Tiada pula ketumukan nafsu di matamu.

Engkaulah permata mulia itu.
Permata mulia dengan hijab dan jilbabmu.
Itulah perhiasanmu bagi tiap insan berQolbu.
Janganlah engkau lepaskan perihiasan itu.
Perhiasan terindah yang pernah aku saksian.

Perhiasan yang pernah membuatku tertipu.
Tertipu malu dalam menilaimu.
Nalarku mengiira engkau adalah bidadari.
Bidadari surga yang bertamasya turun ke bumi.

Namun itu salah, ternyata engaku manusaia. manusai yang mulia.
Maka aku tidak merasa bodoh jka aku harus tetap memilihmu.
Aku pun takan merasa malu jika harus terus mencintaimu.

Sampai ufuk tak bermentari lagi.
Sampai malam tak datang lagi.
Sungguh ku kan terus mencintaimu.
Karena engkaulah bidadariku.

(Lembah ketenangan antara Gunung Haruman dan Panca Lima, 24 Rajab 1431 H)

No comments:

Post a Comment

Hikmah dalam kata akan terkenang sepanjang massa. Sertakan Komentar Anda. (Perkataan yang Tidak Sopan Tidak Akan Ditampilkan)