Breaking

Seputar Permasalahan dan Pembahasan Zakat Fithri

Seputar Permasalahan dan Pembahasan Zakat Fithri. Biasanya kebanyakan orang menyebutnya zakat fithrah. Yang diartikan zakat untuk membersihkan. Ini tidak sepenuhnya keliru karena ada dalil yang menyebutkan zakat ini untuk membersihkan orang yang shaum atau puasa. Namun secara syariat tetap tidak tepat dalam penyebutannya. Karena yang benar secara nash dalil-dalil shohih sesuai sunnah adalah zakat fithri. Bukan Zakat fithrah. Yang berarti zakat yang dikeluarkan di hari iedul fithri. Atau hari raya berbuka atau kita sebut lebaran. Ada pun fungsi zakat fithri ini sebagai subsidi silang dari yang kaya kepada yang miskin. Agar orang miskin bisa berbuka atau makan pada hari raya berbuka yaitu iedul fithri. Kembali kepada arti asal iedul artinya kembali. Fithri berarti berbuka. Maka umat islam hari itu wajib berbuka di pagi hari sebelum sholat menandakan dia sudah melewati shaum romadhon sebulan penuh. Baik inilah dalil-dalil shohih dalam pembahasan dan permasalah zakat fithri.

Zakat Fithri


I. Tahun mulai diwajibkan Zakat Fithri

 

         Zakat Fithri mulai diwajibkan untuk orang-orang mu’min bertepatan diwajibkannya Shaum Romadhon. Shaum Romadhon diwajibkan pada tahun ke II Hijriyah, begitulah Zakat Fithri, karena zakat fithri ini dikeluarkan berkaitan dengan shaum Romadhon.

 

II. Orang-orang yang diwajibkan membayar zakat

 

Didalam beberapa hadits shohih dijelaskan sebagai berikut:

 

1. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 138

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرَ وَاْلأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ ِإلَى الصَّلاَةِ.

 

Dari Ibnu Umar telah berkata; Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri satu sho dari kurma atau satu sho dari gandum kepada hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, kecil dan besar/dewasa dari orang-orang Muslimin, dan beliau perintahkan agar menunaikannya sebelum keluarnya orang-orang ke sholat.

 

2, SHOHIH BUKHORI: I: 2: 138

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ t  أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ سَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ المُسْلِمِيْنَ.

 

Dari Ibnu Umar ra sesungguhnya Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri, satu sho berupa korma atau satu sho berupa gandum atas tiap-tiap hamba sahaya, yang laki—laki atau yang perempuan dari kaum Muslimin.

 

3. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 140

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ الله ِ B صَدَقَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ عَلَى الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوْكٍ.

Dari Ibnu Umar ra telah berkata: Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat s satu sho dari gandum atau satu sho dari kurma kepada anak-anak dan orang dewasa merdeka dan hamba sahaya.

 

4. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 12

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرَ أَوْ أُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri pada bulan Romadhon satu sho dari kurma atau satu sho dari gandum kepada setiap orang merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan dari kaum Muslimin.

 

5. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 13

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ حُرٍّ أَوْ صَغِيْرٍ أَوْ كَبِيْرٍ.

 

Dari Ibnu Umar telah berkata; Rosululloh Saw telah mewajibkan zakat fithri yaitu satu sho dari kurma atau satu sho berupa gandum atas tiap-tiap hamba atau orang merdeka, anak-anak atau dewasa.

 

6. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 14

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ النَّبِيُّ B صَدَقَةَ رَمَضَانَ عَلَى الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَالذَّكَرَ وَاْلأُنْثَى صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

 

Dari Ibnu Umar telah berkata; Nabi B telah memfardhukan shodaqoh Romadhon (zakat fithri) kepada orang merdeka dan hamba, laki-laki dan perempuan yaitu satu sho dari kurma atau satu sho dari gandum.

 

7. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 16

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ حُرِّ أَوْ عَبْدٍ أَوْ رَجُلٍ أَوْ أَمْرَأَةٍ أَوْ صَغِيْرٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍْ

 

DariAbdullah bin Umar: Sesungguhnya Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fitrah pada bulan Romadhon atas tiap-tiap jiwa dari kaum muslimin, merdeka, hamba, laki-laki, perempuan, anak-anak atau dewasa yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

8. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 18

 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كُنَّا نُخرِجُ إِذْكَانَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ B   زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ حُرِّ أَوْ مَمْلُوْكٍ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍّ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًامِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ....الحدث

 

Dari Abu Said Al-Khudri ia berkata: Kami pernah mengeluarkan zakat fithri, ketika Rosululloh Saw masih berada di kalangan kami, atas setiap anak-anak orang dewasa, orang merdeka atau hamba sahaya, yaitu satu sho berupa makanan, atau satu sho berupa susu, atau satu sho dari gandum atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa anggur kering kismis.

 

9. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 19

 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيُّ يَقُوْلُ: كُنَّا نُخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ  وَرَسُوْلُ اللهِ B   فِيْنَا عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ حُرِّ وَمَمْلُوْكٍ مِنْ ثَلاَثَةِ أَصْنَافٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍّ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

 

Dari Abi Said Al-Khudri telah berkata: Ada kami pernah mengeluarkan zakat fithri dan Rosululloh Saw ada diantara kami, setiap anak-anak, orang dewasa, orang merdeka dan hamba sahaya, berupa tiga macam yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu atau satu sho berupa gandum.

 

10. SAD: I: 376: 1611

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ قَالَ فِيْهِ فِيْمَا قَرَأَهُ عَلَيَّ مَالِكٌ: زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ صَاعٌ مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعٌ مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ المُسْلِمِيْنَ.

 

Dari Ibnu Umar sesungguhnya Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri. Ia berkata: Malik telah membacakannya padaku: zakat fithri pada bulan Romadhon satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum atas tiap-tiap orang merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan dari kaum muslimin.

 

Kerterangan:

 

1.       Menurut hadits-hadits diatas, orang-orang yang wajib membayar zakat adalah semua kaum muslimin, baik:

a.       Orang merdeka, laki-laki atau perempuan

b.       Hamba sahaya, laki-laki atau perempuan

c.       Anak-anak

d.       Orang dewasa

2.     Prinsipnya semua kaum muslimin

 

 

 

Bahan-bahan yang dikeluarkan untuk zakat fithri

 

            Dibawah ini ada beberapa hadits shohih yang menyebutkan tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membayar zakat fithri, yaitu:

 

1. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 138

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعُا مِنْ سَعِيْرٍ.

Dari Ibnu Umar telah berkata: Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

2. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 138

 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ t يَقُوْلُ كُنَّا نَخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ قِطٍّ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ.

 

Dari Abu Said Al-Khudri ra ia berkata: Kami pernah mengeluarkan zakat fithri satu sho berupa makanan atau satu sho berupa gandum atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu atau satu sho berupa kismis.

 

3. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139

 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ t كُنَّا نُخرِجُ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ B يَوْمَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ وَقَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ وَكَانَ طَعَامُنَا الشَّعِيْرَ وَالزَّبِيْبَ وَاْلأَقِطَ.

Dari Abi Said Al-Khudri ra: Ada kami pernah mengeluarkan zakat fithri pada masa Rosululloh Saw yaitu satu sho berupa makanan. Dan Abu Said berkata: Adalah makanan kami berupa gandum, kismis dan susu.

 

4. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 140

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ.

Dari Ibnu Umar ra telah berkata: Rosululloh Saw memfardhukan zakat fithri yaitu satu sho berupa gandum atau satu sho berupa kurma.

 

5. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 12

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

 

Dari Ibnu Umar. Sesungguhnya Rasulullah saw telah memfardhukan zakat fithri pada bulan Romadhon yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

6. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 13

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

Dari Ibnu Umar telah berkata: Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

7. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 14

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ النَّبِيُّ B صَدَقَةَ رَمَضَانَ عَلَى الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَالذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

Dari Ibnu Umar telah berkata: Nabi B telah memfardhukan zakat Romadhon (zakat fithri) kepada orang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan yaitu berupa satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

8. SHOHIH MUSLIM: I: 433: 15

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

Dari Abdullah bin Umar telah berkata: Sesungguhnya Rosululloh Saw telah memerintahkan zakat fithri, satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

9. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 16

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ. أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ أَوْ رَجُلٍ أَوْ أَمْرَأَةٍ صَغِيْرٍ أَوْ كَبِيْرٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri pada bulan Romadhon kepada setiap jiwa dari kaum muslimin, yang merdeka atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan, kecil atau dewasa yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

10. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 17

 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: كُنَّا نُخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍّ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ.

Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata: Kami pernah mengeluarkan zakat fithri yaitu satu sho berupa makanan atau satu sho berupa gandum atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu atau satu sho berupa kismis.

 

11. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 18

 

عَنْ أَبِى سَعيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كُنَّا نُخرِجُ إِذْ كَانَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ B  زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ حُرِّ أَوْ مَمْلُوْكٍ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَفِطٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ.

 

Dari Abu Said Al-Khudri ia berkata: Kami pernah mengeluarkan zakat fithri ketika Rosululloh Saw masih berada dikalangan kami, setiap anak-anak, orang dewasa, merdeka atau hamba sahaya, satu sho berupa makanan atau satu sho berupa susu atau satu sho berupa gandum atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa anggur/kismis.

 

12. SHOHIH MUSLIM: I: 434: 19

 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: كُنَّا نُخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ وَ رَسُوْلُ اللهِ B فِيْنَا عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ حُرِّ وَمَمْلُوْكٍ مِنْ ثَلاَثَةِ أَصْنَافٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.

 

Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata: Kami pernah mengeluarkan zakat fithri dan Rosululloh Saw ada bersama kami, dari setiap anak, dan orang dewasa, orang merdeka dan budak dari tiga macam yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu/keju atau satu sho berupa gandum.

 

13. SAD: I: 376: 1611

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B   فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ قَالَ فِيْهِ فِيْمَا قَرَأَهُ عَلَيَّ مَالِكٌ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعٌ مِنْ شَعِيْرٍ.

 

Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri. Ia berkata: Malik telah membacakannya padaku mengenai hal itu. Zakat fithri pada bulan Romadhon satu sho berupa kurma atau satu sho berupa gandum.

 

Keterangan:

 

            Menurut hadits-hadits diatas, bahwa yang wajib dikeluarkan untuk zakat fithri adalah: Kurma, gandum, susu/keju, jabib, kismis. Ini semua termasuk bahan yang terdapat pada zaman Rosululloh Saw di Makkah atau Madinah. Jadi untuk di Indonesia bisa berupa beras, jagung, singkong dlll, yang bisa jadi bahan makanan pokok.

 

 

Ukuran Zakat Fithri

 

            Di dalam banyak hadits shohih disebutkan banyaknya zakat fitrah itu perjiwa adalah satu sho, hanya satu sho itu sendiri berapa jumlahnya, belum jelas. Dijelaskan didalam hadits dibawah ini:

 

Nailul Author : 4: 426

 

عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ سُلَيْمَنَ الراَّزَى قَالَ: قُلْتُ لِمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ أَبَا عَبْدِ اللهِ كَمْ قَدْرُ صَاعِ النَّبِيِّ B قَالَ: خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَ ثُلُثٌ بِالْعِرَاقِى أَنَا حَزَرْتُهُ. فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ اللهِ خَالَفْتَ شَيْغَ الْقَوْمِ. قَالَ مَنْ هُوَ قُلْتُ : أَبُوْ حَنِيْفَةَ يَقُوْلُ ثَمَانِيَةَ أَرْطَالٍ فَغَضِبَ غَضْبًا شَدِيْدًا ثُمَّ قَالَ: لِجَلْسَاتِنَا يَافُلاَنَ هَاتِ صَاعَ جَدِّكَ يَافُلاَنَ هَاتِ صَاعَ عَمِّكَ يَافُلاَنَ هَاتِ صَاعَ جَدَّتِكَ قَالَ إِسْجَافُ فَاجْتَمَعَتِ آصُعٌ مَاتَحْفَظُوْنَ فِى هَذَا فَقَالَ: هَذَا حَدَّ ثَنِى أَبِى عَنْ أَبِيْهِ أَ نَّهُ كَانَ يُؤَدِّى بِهَاذَا الصَّاعِ إِلَى النَّبِيِّ B وَقَالَ هاَذَا حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ أَخِيْهِ أَنَّهُ كَانَ أَبِى يُؤَدِّى بِهَاذَا الصَّاعِ إِلَى النَّبِيِّ B وَقَالَ اْلأَخَدُ حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ أُمِّهِ أَنَّهَا أَدَتْ فِهَاذَا الصَّاعِ إِلَى النَّبِيِّ B  فَقَالَ مَالِكٌ أَنَا حَزَرْتُ هَاذَا فَرَجَدْتُهَا خَمْسَةَ أَرْطَالٍ وَثُلُثاً (وراه الذرقطنى)

 

Dari Ishak bin Sulaiman Ar-Rozy telah berkata: Saya bertanya kepada Malik bin Anas: Hai Abu Abdillah ! Berapakah ukuran sho yang dipakai Nabi B ? Malik menjawab: Lima sepertiga ritha menurut ukuran itah yang aku perkirakan. Maka saya berkata: Ya Abu Abdillah ! engkau telah menyalahi kepala kaum. Malik bertanya: Siapakah dia ? Aku menjawab: Abu Hanifah. Dia berkata: satu sho itu sama dengan 8 rithl. Maka Malik sangat marah, lalu berkata kepada teman-teman duduknya, hai fulan, ambil sho kakekmu, hai fulan ! ambil sho pamanmu, hai fulan ! ambil sho nenekmu. Kata Ishak: begitulah sampai terkumpul beberapa sho, apa yang kalian hafal dalam hal ini ? Maka seseorang berkata: Bapakku menceritakan hal ini dari kakekku, bahwa ia pernah membawa sho ini kepada Nabi saw. Yang lain berkata: Bapakku bercerita kepadaku dari saudaranya, bahwa dia pernah membawa sho ono kepada Nabi B. Dan yang lain berkata: Bapakku menceritakan kepadaku dari ibunya, bahwa dia pernah membawa sho ini kepada Nabi B, maka Malik berkata: aku kira ini sama dengan 5⅓ rithl, Hr Daraquthni.

 

Keterangan:

 

1.      5⅓ rithl menurut ukuran disini (Indonesia) adalah 10 liter di bagi 3 yaitu 3⅓ atau jelasnya 3,5 liter.

2.      Adapun batasan kekayaan orang yang diwajibkan zakat fithri adalah:

-          Apabila seseorang memiliki bahan makanan pokok untuk dimakan sehari semalam.

-          Ini dikemukakan oleh:

-          Imam Malik

-          Imam Syafi’i

-          Atho

-          Imam Ahmad bin Hambal

-          Ishak

-          Muayyid Billah (NA: 4: 429)

3.       Karena perintah zakat fithri ini bersifat muthlak, maksudnya tidak dibatasi oleh kaya atau miskin, maka masalah ini tidak perlu di ijtihadi lagi. Maka zakat fithri wajib bagi orang kaya maupun miskin (lihat ket no 2)

 

 

 

 


Kedudukan Hukum Zakat Fithri

 

Ada ikhtilaf Ulama tentang kedudukan hukum zakat fithri ini yaitu:

 

1.       Hukum zakat fithri adalah Fardhu. Pendapat ini dikatakan oleh Ibnu Al-Mundzir

2.       Hukum zakat Fithri adalah Wajib. Pendapat ini dikeluarkan oleh Hanafi dan pengikutnya (mereka membedakan Fardhu dengan wajib)

3.       Hukum zakat fithri itu adalah Sunnah Muakhadah. Pendapat ini dikemukakan oleh Ulama-ulama ahli zhohir dan Ibnu Labban (NA: 415/416)

 

Keterangan:

 

1.      Terdapat tiga pendapat yang tidak jauh berbeda diatas, kita kembali kepada teks hadits yang menjelaskan tentang adanya zakat fithri.

2.      Hadits-hadits tentang zakat itu selalu memakai kata فَرَضَ    yang artinya fardhu/wajib, dan juga tentang pelaksanaan Rosululloh Saw dan para shohabatnya yang tidak pernah meninggalkan hal tersebut. Maka jelaslah tentang hukumnya yaitu wajib/fardhu.

3.      Hanya saja, kefardhuan itu bagi orang yang mempunyai untuk yang dikeluarkannya. Jika tidak ada, maka kewajiban itu gugur, yang ada hanya menerima.

4.      Jadi hukum zakat fithri adalah wajib.

 

 

 

Mulai Mengeluarkan Zakat Fithri

 

            Mengenai kapan wajib mulai mengeluarkan zakat fithri ini, marilah kita perhatikan hadits-hadits dibawah ini:

 

1. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139

 

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t أَنَّ النَّبِيَّ B أَمَرَ بِزَكَاةَ الْفِطْرِ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.

Dari Nafi, dari Ibnu Umar ra sesungguhnya Nabi B telah memerintahkan (menunaikan) zakat fithri sebelum orang-orang keluar untuk sholat.

 

2. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139

 

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t ....وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ t يُعْطِيْهَا الَّذِيْنَ يَقْبَلُوْانَهَا وَكَانُوْا يُعْطُوْنَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمِ أَوْ يَوْمَيْنِ.

 

Dari Nafi, dari Ibnu Umar ra dan adalah Ibnu Umar memberikan zakat fithri kepada orang-orang yang menerimanya, sehari atau dua hari sebelum idul fithri.

 

3. SHOHIH MUSLIM: I: 435: 22

 

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدِّيَ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.

Dari Nafi dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh Saw memerintahkan zakat fithri agar dibayarkan sebelum orang-orang keluar untuk sholat.

 

4. SHOHIH MUSLIM: I: 435: 23

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِإِخْرَاجِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدِّيَ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.

 

Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rosululloh Saw memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fithri,agar dibayarkan sebelum orang-orang keluar untuk sholat.

 

5.      SHOHIH MUSLIM: I: 376: 1009

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B   زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَتْ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

 

Dari Ibnu Abbas telah berkata; Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi orang yang shaum dari lagau (sia-sia) dan dari rofas (ucapan kotor) dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin, maka siapa saja yang menunaikannya sebelum sholat maka itu zakat yang makbul (diterima) dan siapa saja yang menunaikannya sesudah sholat maka itu adalah shodaqoh dari beberapa shodaqoh.

 

 

 

Keterangan:

 

1.     Hadits nomor 1 sampai no 4 dikeluarkan oleh Jamaah, kecuali Ibnu Majah.

2.     Hadits no 5 dikeluarkan juga oleh Ibnu Majah

3.     Hadits-hadits tersebut menjelaskan, bahwa wajibnya mengeluarkan zakat itu sebelum orang-orang melaksanakan sholat Id.

4.     Sedangkan Ibnu Umar membolehkan mengeluarkan zakat sehari atau dua hari sebelum sholat Id.

5.     Jadi berdasarkan hadits shohih diatas nomor 1, no 2, no 4 dan no 5 shahnya membayar zakat fithri itu setelah sholat shubuh dan sebelum sholat Idul fithri

6.     Jika dibayarkan sesudah sholat Idul Fithri, maka nilainya menjadi shodaqoh biasa (bukan zakat Fithri lagi).

 

 

Ihktilaf Para Ulama Tentang Memulai Membayar Zakat Fithri

 

            Ada perbedaan pendapat para Ulama tentang memulai diwajibkan mengeluarkan zakat fithri, walaupun hadits yang shohih sudah jelas menyebutkannya, misalnya (lihat Al-Hidayah :III: 710,726 

 

 

1.       Sebagian para Ulama ada yang beranggapan sejak tanggal/hari pertama sudah boleh mengeluarkannya.

-          Alasan mereka adalah: Yang terdapat dalam Al-Muhadza-dzab: I: 165.

 

وَيَجُوْزُ تَقْدِيْمُ الْفِطْرَةِ مِنْ أَوَّلِ شَهْرِ رَمَضَانَ  ِلأَنَّهَا تَجِبُ بِسَبَبَيْنِ صَوْمٍ رَمَضَانَ وَالْفِطْرِ مِنْهُ فَإِذَا وُجِدَ أَحَدُهُمَا جَازَ تَقْدِيْمُهَا عَلَى اْلأَخَدِ.

Dan boleh mendahulukan zakat fithri sejak dari hari pertama bulan Romadhon, karena sesungguhnya zakat fithri itu wajib karena dua sebab, pertama karena sebab shaum Romadhon, dan kedua karena berbuka shaum Romadhon. Maka apabila telah terdapat satu dari keduanya, boleh mendahulukannya.

 

2.     Ada diantara para Ulama yang berpendapat, bahwa zakat fithri itu boleh dikeluarkan sehari atau dua hari sebelum Idul fithri.

-          Alasan mereka adalah:

 

a.        SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُعْطِيْهَا لِلَّذِيْنَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوْا يُغْطُوْنَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.

 

Dari Nafi, dari Ibnu Umar ra adalah Ibnu Umar memberikan zakatnya kepada orang-orang yang biasa menerimanya, dan mereka diserahi sebelum Idul Fithri sehari atau dua hari.

 

b.       Al-Muath-tho: I: 268

 

قَالَ نَافِعٌ أَنَّ عَبْدِ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَبْعَثُ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ إِلَى الَّذِيْ يُجْمَعُ عِنْدَهُ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةٍ. (رواه مالك)

Berkata Nafi, bahwa Abdullah bin Umar adalah suka mengirimkan zakat fithri kepada penampung/pengumpul zakat sebelum Idul Fithri dua atau tiga hari.

 

3.     Diantara para Ulama juga ada yang berpendapat, bahwa mengeluarkan zakat fithri itu dari mulai matahari terbenam satu Syawal.

 

Alasan mereka, terdapat didalam Al-Muhadz-dzab: I: 165

 

لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ t أَنَّ النَّبِيَّ B قَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ وَالْفِطْرَ مِنْ رَمَضَانَ لاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ الْعِيْدِ وَ ِلأَنَّ  الْفِطْرَةَ جُعِلَتْ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ بِدَلِيْلِ مَرُوِى أَنَّ النَّبِيَّ B فَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائَمِ مِنَ الرَّفَثِ وَاللَّغْوِوَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ وَانْفِضَاءُ الصَّوْمِ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ.

Karena yang telah Ibnu Umar ra riwayatkan, bahwa Nabi B telah memfardhukan shodaqoh pada bulan Romadhon dan berbuka dari (shaum) Romadhon, yang tidak ada (berbuka Romadhon itu) kecuali setelah terbenam matahari pada malam Id dan karena sesungguhnya zakat fithri itu dijadikan pembersih bagi orang yang shaum dengan dalil apa yang telah diriwayatkan, bahwa Nabi B telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi yang shaum dari rofas (ucapan kotor) dan lagau (sia-sia) dan sebagai makanan untuk orang-orang miskin, sedangkan penghabisan shaum itu dengan terbenamnya matahari.

 

4.     Diantara para Ulama juga ada yang berpendapat bahwa waktu mengeluarkan zakat fithri itu tidak sah, kecuali sebelum orang-orang pergi untuk sholat Id, yaitu mulai dari terbit fajar shidiq.

Alasan mereka adalah:

 

SAD: I: 376: 1609

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ فَمَنْ أَذَاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

Dari Ibnu Abbas ra telah berkata: Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi yang shaum dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka siapa saja yang menunaikannya sebelum sholat (Id) maka itu zakat yang diterima dan siapa saja yang menunaikannya sesudah sholat maka itu adalah satu shodaqoh dari beberapa shodaqoh.

 

NA: IV: 206

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B   أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ حُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ. (رواه الجماعة إلا إبن ماجه)

 

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh Saw telah memerintahkan zakat fithri agar dibayarkan sebelum orang-orang keluar untuk sholat (Id) Hr. Jamaah kecuali Ibnu Majah.

 

5.     Diantara mereka (para Ulama) ada yang berpendapat, bahwa mengeluarkan zakat fithri itu, sah-sah saja sekalipun setelah sholat Id, namun hukumnya makruh.

 

Keterangan:

 

Menurut para Ulama ada lima pendapat tentang memulai membayar zakat:

 

1.             Sejak hari pertama Romadhon

2.             Satu atau dua hari sebelum Id

3.             Sejak terbenamnya matahari satu Syawal

4.             Sesudah sholat shubuh/sebelum sholat Id

5.             Sah juga sesudah sholat Id.

6.             Tetapi diantara kelima itu yang sesuai dengan hadits Rosululloh Saw yang shohih adalah pendapat no. 4. Ini yang Tsabit

 

Tanggapan Tentang Ikhtilaf Para Ulama Tentang Memulai Mengeluarkan Zakat Fithri.

 

Pertama: Mengenai mengeluarkan zakat fithri dibolehkan sejak mulai hari pertama bulan Romadhon.

 

            Pendapat ini berlawanan dengan Nash hadits yang shohih yang menyebutkan, bahwa zakat fithri itu dikeluarkan sejak orang-orang keluar untuk sholat Id, Nash hadits tersebut adalah:

 

1. SAD: 376: 1609

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ.فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

 

Dari Ibnu Abbas telah berkata: Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih yang shaum dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin, maka siapa saja yang mengeluarkannya sebelum sholat (Id), maka itu termasuk zakat yang diterima, dan siapa saja yang mengeluarkannya sesudah sholat (Id),maka itu termasuk satu shodaqoh dari beberapa shodaqoh,

 

2. SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B   أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh Saw telah memerintahkan membayar zakat fithri itu sebelum orang-orang keluar untuk sholat.

 

            Jadi jelaslah pendapat pertama ini, jika melihat hadits tersebut tidak bisa diamalkan. Hadits No 2 SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139 dikeluarkan oleh Jamaah kecuali Ibnu Majah.

 

 

Kedua: Pendapat ini membolehkan mengeluarkan zakat fithri satu hari atau dua hari sebelum Idul Fithri, mereka berdalil:

 

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t   ....وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ t يُعْطِيْهَا الَّذِيْنَ يَقْبَلُوْنَهَا وَكَانُوْا يُعْطُوْنَهَا قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.

 

Dari Nafi, dan adalah Ibnu Umar ra memberikan zakat fithrinya kepada mereka yang biasa menerimanya dan mereka diserahi zakat itu sebelum Idul Fithri, satu hari atau dua hari (Hr. Bukhory SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139)

 

            Padahal Ibnu Umar mengeluarkan zakat fithri tersebut kepada pengumpul zakat (panitia) bukan kepada mustahiq secara langsung, perhatikan keterangan dibawah ini:

 

1. FB: III: 298

 

وَقَدْ ثَبَتَ فِى رِوَايَةِ ابْنِ خُذَ يْفَةَ مِنْ طَرِيْقِ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ أَيُّوْبَ قُلْتُ: مَتَى كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُعْطِيْ ؟ قَالَ: إِذَا قَعَدَ الْعَامِلُ.قُلْتُ: مَتَى يَقْعُدُ الْعَامِلُ ؟ قَالَ: قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.

Dan sungguh telah kuat (sah) didalam riwayat Ibnu Khudzaimah dari jalan Abdul Warits dari Ayyub, aku pernah bertanya: Kapan Ibnu Umar memberikan zakat fithrinya? Ia mennjawab: Apabila amil/pengurus telah siap. Aku bertanya: Kapan pengurus itu siap? Ia menjawab: Sebelum Idul Fithri satu atau dua hari.

 

Al-Muath-Tho: I: 268

 

قَالَ نَافِعٌ أَنَّ عَبْدِ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَبْعَثُ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ إِلَى الَّذِيْ تُجْمَعُ عِنْدَهُ قَبْلَ اْلفِطْرِ بيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةٍ.

 

Berkata Nafi, bahwa Abdullah bin Umar mengirimkan zakat fithrinya kepada orang yang mengumpulkan/penampung zakat sebelum Idul Fithri dua hari atau tiga hari.

 

2.       Abu Abdillah (Mushonif) berkata: Maksudnya Imam Bukhory.

 

كَانُوْا يُعْطُوْنَ لِلْجَمْعِ لاَ لِلْفُقَرَاءِ

 

Mereka suka memberikan (zakat fithrinya) kepada penampung (panitia) bukan kepada fukoro secara langsung.   

 

 

            Jadi jelasnya, mengeluarkan zakat fithri sehari atau dua hari atau tiga hari sebelum Idul Fithri itu, diserahkan kepada panitia pengumpul zakat fithri, bukan kepada mustahik langsung.

 

            Jadi jika diberikan kepada mustahiq langsung, maka tidak sah, dan tidak bisa diamalkan.

 

Ketiga: Mengenai zakat fithri itu dikeluarkan mulai terbenam matahari pada tanggal satu Syawwal. Alasannya:

 

Al-Muhadz-Dzab: I: 165

 

لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ t أَنَّ النَّبِيَّ B فَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ لاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بَعْدَ غُرُوْبٍ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ الْعِيْدِ وَ ِلأَنَّ الْفِطْرَةَ جُعِلَتْ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ بِدَلِيْلِ مَا رُوِىَ أَنَّ النَّبِيَّ B   فَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ الرَّفَثِ وَاللَّغْوِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ وَانْفِضَاءُ الصَّوْمِ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ.

 

Karena riwayat Ibnu Umar ra sesungguhnya Nabi B telah memfardhukan shodaqoh fithri dari bulan Romadhon. Sedangkan berbuka dari Romadhon itu tidak akan terjadi kecuali setelah terbenam matahari pada malam Id. Karena zakat fithri itu dijadikan sebagai pembersih bagi orang shaum dengan dalil apa yang telah diriwayatkan, bahwa Nabi B telah memfardhukan shodaqoh fithri itu sebagai pembersih untuk orang yang shaum dari rofats dan lagow dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin dan berakhir shaum dengan terbenamnya matahari.

 

            Pendapat ini juga tidak kuat dan tidak bisa dijadikan landasan hukum untuk membayar zakat fithri setelah matahari terbenam yaitu tanggal satu Syawwal atau pada malam Idul Fithri.

 

            Alasan/dalil yang dikemukakan termasuk dalil yang lemah, karena hadits itu ada rowi yang bernama Muhammad bin Umar Al-Waqidi dan dia menurut Ibnu Adi dan Daraquthni ada rowi/sanad dhoif (Subulus Salam: II: 138) Jadi pendapat ketiga ini tidak bisa diamalkan.

 

Keempat: Zakat fithri itu wajib dikeluarkan sebelum orang-orang pergi untuk sholat Id, yaitu mulai terbit fajar shodiq.

 

Alasan mereka:

 

SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139 dan SAD: I: 376:1609. Yang intinya kedua hadits shohih itu menjelaskan, bahwa zakat fithri wajib dikeluarkan sebelum orang-orang pergi sholat Idul Fithri.

 

Kemudian diperkuat dengan:

 

1. NA: IV: 206

 

قَالَ ابْنُ التِّيْنِ: أَيْ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى صَلاَةِ الْعِيْدِ وَبَعْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ.

Menurut Ibnu Tin: Yaitu sebelum orang-orang keluar untuk sholat Id dan sesudah sholat Shubuh.

 

2. Al-Muhallah: VI: 142

فَهُوَ إِثْرُ طُلُوْعِ الْفَجْرِ الثَّانِى مِنْ يَوْمِ الْفِطْرِ.

Mengeluarkan zakat fithri itu setelah terbit fazar yang kedua pada hari raya/Idul Fithri.

 

3. Al-Muath-Tho: 268

 

عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ رَأَى أَهْلَ الْعِلْمِ يَسْتَحِبُّوْنَ أَنْ يُخْرِجُوْا زَكَاةَ الْفِطْرِ إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ مِنْ يَوْمِ الْفِطْرِ قَبْلَ يَغْدُوْا إِلَى الْمُصَلَّى قَالَ: مَالِكٌ وَذ'لِكَ وَاسَعٌ إِنْ شَاءَ الله ُ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ الْغُدُوِّ يَوْمَ الْفِطْرِ وَ بَعْدَهُ.

Dari Malik, sesungguhnya ia telah melihat para Ahli ilmu menyukai mengeluarkan zakat fithri, manakala telah terbit fajar pada hari Idul Fithri, sebelum mereka pergi kelapangan. Menurut Imam Malik, hal semacam itu luas Insya Allah, jika dikeluarkan sebelum pergi (ke lapangan) pada hari Idul Fithri dan sesudahnya juga.

 

            Jadi pendapat keempat inilah yang bisa dipertanggung jawabkan untuk diamalkan, yaitu mulai terbit fajar (sholat shubuh) sampai orang-orang sholat Id (sebelum sholat Idul Fithri).

 

Kelima: Mengenai pendapat bolehnya dikeluarkan setelah sholat Id, maka pendapat ini tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena tidak ada dalilnya sama sekali, dan bertentangan dengan zhohir hadits yang shohih seperti:

 

Siapa saja yang menunaikannya sebelum sholat, maka itu adalah zakat yang diterima, dan siapa saja yang mengeluarkannya sesudah sholat Id maka menjadi shodaqoh biasa (SAD: I: 376:1609). Jadi jelas pendapat kelima ini tidak bisa diamalkan.

 

Kesimpulan:

 

Jadi sebagai kesimpulan, bahwa yang sah zakat fithri itu dikeluarkan setelah sholat shubuh dan sebelum sholat Id. Tetapi jika dititipkan kepada sipengumpul/panitia dibolehkan sehari, dua hari atau tiga hari sebelum Idul fithri.   

 

 Mereka Yang Berhak Menerima Zakat Fthrah

 

 

SAD: I: 376: 1609

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ.

Dari Ibnu Abbas ra telah berkata: Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi yang shaum dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor, dan sebagai makanan bagi orang yang miskin.

 

Dijelaskan didalam NA: IV: 206 tentang hadits diatas sebagai berikut:

 

فِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّ الْفِطْرَةَ تُصْرَفُ فِى الْمَسَاكِيْنِ دُوْنَ غَيْرِهِمْ مِنْ مَصَارِفِ الزَّكَاةِ كَمَا ذَهَبَ إِلَيْهِ الْهَادِى وَالقَاسِمِ وَأَبُوْ طَالِبٍ.

 

Hadits itu (SAD: I: 376: 1609) menunjukkan bahwa zakat fithri itu diberikan kepada orang-orang miskin bukan selain mereka dari golongan-golongan (penerima) zakat. Sebagaimana pendapat Al-Hadi, Al-Qosim dan Abu Tholib.

 

 

Keterangan:

 

1.             Zakat Fithri itu peruntukkannya adalah untuk orang-orang miskin, disebut orang miskin, karena orang fakir pasti terbawa, karena standar penghasilan orang fakir lebih kecil dari orang miskin.

2.             Jika disebutkan orang fakir, orang miskin tidak termasuk didalamnya, sebagaimana menyebutkan orang miskin. Maka orang kaya tidak termasuk didalamnya.

 

 

Zakat Fithri Bayi YangMasih Didalam Kandungan

 

1.   عَنْ سُلَيْمَنَ بْنِ يَسَارٍ أَ نَّهُ سُئِلَ عَنِ الْحَمْلِ أَيُزَكَّى عَنْهُ ؟ قَالَ: نَعَمْ.

 

Dari Sulaiman bin Yasar, sesungguhnya ia ditanya tentang anak yang masih didalam kandungan, apa harus dibayarkan zakat? Ia menjawab: Ya (Al-Muhalla: VI: 131)

2.   إِنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ كَانَ يُعْطِى صَدَقَةَ الْفِطْرِ عَنِ الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ وَالْحَمْلِ. (رواه أحمد)

 

Sesungguhnya Utsman bin Affan adalah mengeluarkan zakat fithri dari anak-anak, orang dewasa, dan bayi yang dikandungan. Hr. Ahmad.

 

3.          عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ قَالَ: كَانَ يُعْجِبُهُمْ أَنْ يُعْطُوْا زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِ الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ حَتَّى عَنِ الْحَمْلِ فِى بَطنْىِ أُمِّهِ (رواه عبد الرّزاق)

 

Dari Abi Kilabah, ia berkata: Adalah menjadi perhatian mereka (para Shohabat) untuk mengeluarkan zakat fithri dari anak kecil orang dewasa sampai yang masih dalam kandungan ibunya. Hr. Abd-Rozaq.

 

Keterangan:

 

1.             Menurut pendapat-pendapat diatas, maka bayi yang masih didalam kandungan ibunya juga wajib dikeluarkan zakat fithranya.

2.             Pertimbangannya adalah: Qs: 17: 31

وَلاَ تَقَتَلُوْا أَوْلاَدِكُمْ.

&  “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu”

 

Dalam hal ini anak yang masih didalam kandungan ibunya juga haram/dilarang dibunuh.

 

3.              Maka begitu juga, mengenai zakat tersebut

 

 


Batasan Fakir Dan Miskin

 

ألْفَقِيْرُ: عِبَارَةٌ عَنْ فَقْدِ مَايَحْتَاجُ إِلَيْهِ. وَالْفَقْرُ أَسْوَأُ حَالاً  وَأَشَدُّ حَاجَةً مِنَ الْمِسْكِيْنِ.

 

Fakir itu: Adalah satu ibarat dari kosongnya apa yang ia butuhkan (tidak mendapatkan apa yang dibutuhkannya) dan Fakir itu lebih susah keadaan dan lebih sangat kebutuhannya dari pada miskin

Alasan ini seperti digambarkan didalam Qs: 2: 273.

 

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِيْنَ أُحْصِرَوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى اْلأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ...الأية

 

&  “Bagi orang-orang yang mereka terikat dijalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi. Orang-orang yang tidak tahu menyangka itu orang kaya, karena menjaga diri dari meminta-minta”

 

أَلْمِسْكِيْنُ: هُوَ الَّذِىلَهُ شَيْئٌ لَكِنَّهُ لاَ يَكْفِيْهِ.

 

Orang miskin itu ialah orang yang mempunyai sesuatu tetapi tidak mencukupinya.

 

Alasannya Qs: 18: 79

أَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ...ألأية

 

&  “Adapun perahu itu milik orang-orang miskin yang bekerja dilaut..”

 

 

Keterangan:

 

Menurut ayat-ayat diatas orang fakir lebih rendah tingkat penghasilannya dari pada orang miskin.

 

Hukum Memberikan Zakat Fithri/zakat kepada orang fakir yang kafir

 

 

1. Qs: 2: 273

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِيْنَ أُحْصِرُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ....

 

&  “Bagi orang-orang fakir yang terikat dijalan Allah…”

 

Keterangan:

 

1.             Yang dimaksud terikat pada ayat itu adala orang-orang yang menyibukkan diri dengan urusan Allah (ahli Ibadah).

2.             Fi Sabilillah berarti dijalan Allah, bukan jalan Thogut

3.             Dengan begitu, maka orang fakir disini, adalah fakir yang mu’min

4.             Maka haram hukumnya memberikan zakat/zakat fithri kepada orang fakir yang kafir

5.             Berbeda halnya dengan sosial lainnya, sebagai misal hadiah, shodaqoh biasa, tetapi untuk zakat wajib mustahiq-nya adalah fakir miskin yang beriman. 

 

No comments:

Post a Comment

Hikmah dalam kata akan terkenang sepanjang massa. Sertakan Komentar Anda. (Perkataan yang Tidak Sopan Tidak Akan Ditampilkan)