Seputar Permasalahan dan Pembahasan Zakat Fithri. Biasanya kebanyakan orang menyebutnya zakat fithrah. Yang diartikan zakat untuk membersihkan. Ini tidak sepenuhnya keliru karena ada dalil yang menyebutkan zakat ini untuk membersihkan orang yang shaum atau puasa. Namun secara syariat tetap tidak tepat dalam penyebutannya. Karena yang benar secara nash dalil-dalil shohih sesuai sunnah adalah zakat fithri. Bukan Zakat fithrah. Yang berarti zakat yang dikeluarkan di hari iedul fithri. Atau hari raya berbuka atau kita sebut lebaran. Ada pun fungsi zakat fithri ini sebagai subsidi silang dari yang kaya kepada yang miskin. Agar orang miskin bisa berbuka atau makan pada hari raya berbuka yaitu iedul fithri. Kembali kepada arti asal iedul artinya kembali. Fithri berarti berbuka. Maka umat islam hari itu wajib berbuka di pagi hari sebelum sholat menandakan dia sudah melewati shaum romadhon sebulan penuh. Baik inilah dalil-dalil shohih dalam pembahasan dan permasalah zakat fithri.
Zakat
Fithri
I. Tahun mulai diwajibkan Zakat Fithri
Zakat Fithri mulai diwajibkan untuk
orang-orang mu’min bertepatan diwajibkannya Shaum Romadhon. Shaum Romadhon
diwajibkan pada tahun ke II Hijriyah, begitulah Zakat Fithri, karena zakat
fithri ini dikeluarkan berkaitan dengan shaum Romadhon.
II. Orang-orang yang
diwajibkan membayar zakat
Didalam beberapa
hadits shohih dijelaskan sebagai berikut:
1. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 138
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ
رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ
وَالذَّكَرَ وَاْلأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ ِإلَى الصَّلاَةِ.
Dari Ibnu Umar telah berkata; Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri satu sho dari kurma atau satu sho dari
gandum kepada hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, kecil dan
besar/dewasa dari orang-orang Muslimin, dan beliau perintahkan agar
menunaikannya sebelum keluarnya orang-orang ke sholat.
2, SHOHIH BUKHORI: I:
2: 138
عَنِ ابْنِ عُمَرَ t أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ سَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ
المُسْلِمِيْنَ.
Dari Ibnu Umar ra sesungguhnya
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri, satu sho berupa korma atau satu
sho berupa gandum atas tiap-tiap hamba sahaya, yang laki—laki atau yang
perempuan dari kaum Muslimin.
3. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 140
عَنِ ابْنِ عُمَرَ t
قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ الله ِ B صَدَقَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ عَلَى الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوْكٍ.
Dari Ibnu Umar ra telah berkata:
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat s satu sho dari gandum atau satu sho
dari kurma kepada anak-anak dan orang dewasa merdeka dan hamba sahaya.
4. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 12
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ
ذَكَرَ أَوْ أُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri pada bulan Romadhon satu sho dari kurma
atau satu sho dari gandum kepada setiap orang merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau
perempuan dari kaum Muslimin.
5. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 13
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ
رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ حُرٍّ أَوْ
صَغِيْرٍ أَوْ كَبِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar telah berkata; Rosululloh
Saw telah mewajibkan zakat fithri yaitu satu sho dari kurma atau satu sho
berupa gandum atas tiap-tiap hamba atau orang merdeka, anak-anak atau dewasa.
6. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 14
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ
النَّبِيُّ B صَدَقَةَ
رَمَضَانَ عَلَى الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَالذَّكَرَ وَاْلأُنْثَى صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar telah berkata; Nabi B telah memfardhukan shodaqoh Romadhon (zakat fithri) kepada
orang merdeka dan hamba, laki-laki dan perempuan yaitu satu sho dari kurma atau
satu sho dari gandum.
7. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 16
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ حُرِّ أَوْ عَبْدٍ أَوْ رَجُلٍ أَوْ أَمْرَأَةٍ أَوْ صَغِيْرٍ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍْ
DariAbdullah bin Umar: Sesungguhnya
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fitrah pada bulan Romadhon atas
tiap-tiap jiwa dari kaum muslimin, merdeka, hamba, laki-laki, perempuan, anak-anak atau dewasa yaitu satu sho
berupa kurma atau satu sho berupa gandum.
8. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 18
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ قَالَ: كُنَّا نُخرِجُ إِذْكَانَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ كُلِّ
صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ حُرِّ أَوْ مَمْلُوْكٍ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ
أَقِطٍّ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًامِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ
زَبِيْبٍ....الحدث
Dari Abu Said Al-Khudri ia berkata: Kami
pernah mengeluarkan zakat fithri, ketika Rosululloh Saw masih berada di
kalangan kami, atas setiap anak-anak orang dewasa, orang merdeka atau hamba sahaya, yaitu
satu sho berupa makanan, atau satu sho berupa susu, atau satu sho dari gandum
atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa anggur kering kismis.
9. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 19
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيُّ يَقُوْلُ: كُنَّا نُخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ وَرَسُوْلُ اللهِ B فِيْنَا عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ حُرِّ وَمَمْلُوْكٍ مِنْ
ثَلاَثَةِ أَصْنَافٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍّ أَوْ صَاعًا
مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Abi Said Al-Khudri telah berkata:
Ada kami pernah mengeluarkan zakat fithri dan Rosululloh Saw ada diantara kami,
setiap anak-anak, orang
dewasa, orang
merdeka dan hamba sahaya, berupa tiga macam yaitu satu sho berupa kurma atau
satu sho berupa susu atau satu sho berupa gandum.
10. SAD: I: 376: 1611
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ
الْفِطْرِ قَالَ فِيْهِ فِيْمَا قَرَأَهُ عَلَيَّ مَالِكٌ: زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ
رَمَضَانَ صَاعٌ مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعٌ مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ
عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ المُسْلِمِيْنَ.
Dari Ibnu Umar sesungguhnya Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri. Ia berkata: Malik telah membacakannya
padaku: zakat fithri pada bulan Romadhon satu sho berupa kurma atau satu sho
berupa gandum atas tiap-tiap orang merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau
perempuan dari kaum muslimin.
Kerterangan:
1.
Menurut
hadits-hadits diatas, orang-orang yang wajib membayar zakat adalah semua kaum
muslimin, baik:
a.
Orang merdeka,
laki-laki atau perempuan
b.
Hamba sahaya,
laki-laki atau perempuan
c.
Anak-anak
d.
Orang dewasa
2.
Prinsipnya
semua kaum muslimin
Bahan-bahan yang
dikeluarkan untuk zakat fithri
Dibawah ini ada beberapa hadits
shohih yang menyebutkan tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membayar zakat
fithri, yaitu:
1. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 138
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ
رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعُا مِنْ سَعِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar telah berkata: Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho
berupa gandum.
2. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 138
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ t يَقُوْلُ كُنَّا
نَخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ قِطٍّ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ.
Dari Abu Said Al-Khudri ra ia berkata:
Kami pernah mengeluarkan zakat fithri satu sho berupa makanan atau satu sho
berupa gandum atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu atau satu
sho berupa kismis.
3. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 139
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ t كُنَّا نُخرِجُ
فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ B يَوْمَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ
وَقَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ وَكَانَ طَعَامُنَا الشَّعِيْرَ وَالزَّبِيْبَ
وَاْلأَقِطَ.
Dari Abi Said Al-Khudri ra:
4. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 140
عَنِ ابْنِ عُمَرَ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ
أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ.
Dari Ibnu Umar ra telah berkata:
Rosululloh Saw memfardhukan zakat fithri yaitu satu sho berupa gandum atau satu
sho berupa kurma.
5. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 12
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ
الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar. Sesungguhnya Rasulullah
saw telah memfardhukan zakat fithri pada bulan Romadhon yaitu satu sho berupa
kurma atau satu sho berupa gandum.
6. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 13
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ
رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar telah berkata: Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri satu sho berupa kurma atau satu sho berupa
gandum.
7. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 14
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: فَرَضَ
النَّبِيُّ B صَدَقَةَ
رَمَضَانَ عَلَى الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَالذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar telah berkata: Nabi B telah memfardhukan zakat Romadhon (zakat fithri) kepada
orang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan yaitu berupa satu sho
berupa kurma atau satu sho berupa gandum.
8. SHOHIH MUSLIM: I:
433: 15
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ
قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Abdullah bin Umar telah berkata:
Sesungguhnya Rosululloh Saw telah memerintahkan zakat fithri, satu sho berupa
kurma atau satu sho berupa gandum.
9. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 16
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ.
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ أَوْ رَجُلٍ أَوْ أَمْرَأَةٍ صَغِيْرٍ أَوْ
كَبِيْرٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri pada bulan Romadhon kepada
setiap jiwa dari kaum muslimin, yang merdeka atau hamba sahaya laki-laki atau
perempuan, kecil atau dewasa yaitu satu sho berupa kurma atau satu sho berupa
gandum.
10. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 17
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: كُنَّا نُخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ طَعَامٍ
أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍّ أَوْ
صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ.
Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata:
Kami pernah mengeluarkan zakat fithri yaitu satu sho berupa makanan atau satu
sho berupa gandum atau satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu atau
satu sho berupa kismis.
11. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 18
عَنْ أَبِى سَعيْدٍ الْخُدْرِيِّ
قَالَ: كُنَّا نُخرِجُ إِذْ كَانَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ
وَكَبِيْرٍ حُرِّ أَوْ مَمْلُوْكٍ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَفِطٍ
أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ.
Dari Abu Said Al-Khudri ia berkata: Kami
pernah mengeluarkan zakat fithri ketika Rosululloh Saw masih berada dikalangan
kami, setiap anak-anak, orang dewasa, merdeka atau hamba sahaya, satu sho
berupa makanan atau satu sho berupa susu atau satu sho berupa gandum atau satu
sho berupa kurma atau satu sho berupa anggur/kismis.
12. SHOHIH MUSLIM: I:
434: 19
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: كُنَّا نُخرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ وَ رَسُوْلُ اللهِ B فِيْنَا عَنْ كُلِّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ
حُرِّ وَمَمْلُوْكٍ مِنْ ثَلاَثَةِ أَصْنَافٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ
أَقِطٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata:
Kami pernah mengeluarkan zakat fithri dan Rosululloh Saw ada bersama kami, dari
setiap anak, dan orang dewasa, orang merdeka dan budak dari tiga macam yaitu
satu sho berupa kurma atau satu sho berupa susu/keju atau satu sho berupa
gandum.
13. SAD: I: 376: 1611
عَنِ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ B فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ
قَالَ فِيْهِ فِيْمَا قَرَأَهُ عَلَيَّ مَالِكٌ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعٌ مِنْ شَعِيْرٍ.
Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri. Ia berkata: Malik telah membacakannya
padaku mengenai hal itu. Zakat fithri pada bulan Romadhon satu sho berupa kurma
atau satu sho berupa gandum.
Keterangan:
Menurut hadits-hadits diatas, bahwa
yang wajib dikeluarkan untuk zakat fithri adalah: Kurma, gandum, susu/keju,
jabib, kismis. Ini semua termasuk bahan yang terdapat pada zaman Rosululloh Saw
di Makkah atau Madinah. Jadi untuk di
Ukuran Zakat Fithri
Di dalam banyak hadits shohih
disebutkan banyaknya zakat fitrah itu perjiwa adalah satu sho, hanya satu sho
itu sendiri berapa jumlahnya, belum jelas. Dijelaskan didalam hadits dibawah
ini:
Nailul Author : 4: 426
عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ سُلَيْمَنَ
الراَّزَى قَالَ: قُلْتُ لِمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ أَبَا عَبْدِ اللهِ كَمْ قَدْرُ
صَاعِ النَّبِيِّ B قَالَ: خَمْسَةُ
أَرْطَالٍ وَ ثُلُثٌ بِالْعِرَاقِى أَنَا حَزَرْتُهُ. فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ
اللهِ خَالَفْتَ شَيْغَ الْقَوْمِ. قَالَ مَنْ هُوَ قُلْتُ : أَبُوْ حَنِيْفَةَ
يَقُوْلُ ثَمَانِيَةَ أَرْطَالٍ فَغَضِبَ غَضْبًا شَدِيْدًا ثُمَّ قَالَ:
لِجَلْسَاتِنَا يَافُلاَنَ هَاتِ صَاعَ جَدِّكَ يَافُلاَنَ هَاتِ صَاعَ عَمِّكَ
يَافُلاَنَ هَاتِ صَاعَ جَدَّتِكَ قَالَ إِسْجَافُ فَاجْتَمَعَتِ آصُعٌ مَاتَحْفَظُوْنَ
فِى هَذَا فَقَالَ: هَذَا حَدَّ ثَنِى أَبِى عَنْ أَبِيْهِ أَ نَّهُ
كَانَ يُؤَدِّى بِهَاذَا الصَّاعِ إِلَى النَّبِيِّ B وَقَالَ هاَذَا حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ
أَخِيْهِ أَنَّهُ كَانَ أَبِى يُؤَدِّى بِهَاذَا الصَّاعِ إِلَى النَّبِيِّ B وَقَالَ اْلأَخَدُ حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ
أُمِّهِ أَنَّهَا أَدَتْ فِهَاذَا الصَّاعِ إِلَى النَّبِيِّ B
فَقَالَ مَالِكٌ أَنَا حَزَرْتُ هَاذَا فَرَجَدْتُهَا خَمْسَةَ أَرْطَالٍ
وَثُلُثاً (وراه الذرقطنى)
Dari Ishak bin Sulaiman Ar-Rozy telah
berkata: Saya bertanya kepada Malik bin Anas: Hai Abu Abdillah ! Berapakah
ukuran sho yang dipakai Nabi B ? Malik
menjawab:
Keterangan:
1.
5⅓ rithl
menurut ukuran disini (Indonesia) adalah 10 liter di bagi 3 yaitu 3⅓ atau
jelasnya 3,5 liter.
2.
Adapun batasan
kekayaan orang yang diwajibkan zakat fithri adalah:
-
Apabila
seseorang memiliki bahan makanan pokok untuk dimakan sehari semalam.
-
Ini dikemukakan
oleh:
-
Imam Malik
-
Imam Syafi’i
-
Atho
-
Imam Ahmad bin
Hambal
-
Ishak
-
Muayyid Billah
(NA: 4: 429)
3.
Karena perintah
zakat fithri ini bersifat muthlak, maksudnya tidak dibatasi oleh kaya atau
miskin, maka masalah ini tidak perlu di ijtihadi lagi. Maka zakat fithri wajib
bagi orang kaya maupun miskin (lihat ket no 2)
Kedudukan Hukum Zakat
Fithri
1.
Hukum zakat
fithri adalah Fardhu. Pendapat ini dikatakan oleh Ibnu Al-Mundzir
2. Hukum zakat Fithri adalah Wajib. Pendapat ini
dikeluarkan oleh Hanafi dan pengikutnya (mereka membedakan Fardhu dengan wajib)
3.
Hukum zakat
fithri itu adalah Sunnah Muakhadah. Pendapat ini dikemukakan oleh
Ulama-ulama ahli zhohir dan Ibnu Labban (NA: 415/416)
Keterangan:
1.
Terdapat tiga
pendapat yang tidak jauh berbeda diatas, kita kembali kepada teks hadits yang
menjelaskan tentang adanya zakat fithri.
2.
Hadits-hadits
tentang zakat itu selalu memakai kata فَرَضَ yang artinya fardhu/wajib, dan juga tentang
pelaksanaan Rosululloh Saw dan para shohabatnya yang tidak pernah meninggalkan
hal tersebut. Maka jelaslah tentang hukumnya yaitu wajib/fardhu.
3.
Hanya saja,
kefardhuan itu bagi orang yang mempunyai untuk yang dikeluarkannya. Jika tidak
ada, maka kewajiban itu gugur, yang ada hanya menerima.
4.
Jadi hukum
zakat fithri adalah wajib.
Mulai Mengeluarkan
Zakat Fithri
Mengenai kapan wajib mulai
mengeluarkan zakat fithri ini, marilah kita perhatikan hadits-hadits dibawah
ini:
1. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 139
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t أَنَّ النَّبِيَّ B أَمَرَ بِزَكَاةَ الْفِطْرِ قَبْلَ خُرُوْجِ
النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.
Dari Nafi, dari Ibnu Umar ra
sesungguhnya Nabi B telah memerintahkan (menunaikan) zakat
fithri sebelum orang-orang keluar untuk sholat.
2. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 139
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t ....وَكَانَ ابْنُ
عُمَرَ t يُعْطِيْهَا
الَّذِيْنَ يَقْبَلُوْانَهَا وَكَانُوْا يُعْطُوْنَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمِ
أَوْ يَوْمَيْنِ.
Dari Nafi, dari Ibnu Umar ra dan adalah
Ibnu Umar memberikan zakat fithri kepada orang-orang yang menerimanya, sehari
atau dua hari sebelum idul fithri.
3. SHOHIH MUSLIM: I:
435: 22
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدِّيَ قَبْلَ خُرُوْجِ
النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.
Dari Nafi dari Ibnu Umar, sesungguhnya
Rosululloh Saw memerintahkan zakat fithri agar dibayarkan sebelum orang-orang
keluar untuk sholat.
4. SHOHIH MUSLIM: I:
435: 23
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِإِخْرَاجِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدِّيَ قَبْلَ خُرُوْجِ
النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya
Rosululloh Saw memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fithri,agar dibayarkan
sebelum orang-orang keluar untuk sholat.
5.
SHOHIH
MUSLIM: I: 376: 1009
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ
طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَتْ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ
فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا
بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
Dari Ibnu Abbas telah berkata;
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi orang
yang shaum dari lagau (sia-sia) dan dari rofas (ucapan kotor) dan sebagai
makanan bagi orang-orang miskin, maka siapa saja yang menunaikannya sebelum
sholat maka itu zakat yang makbul (diterima) dan siapa saja yang menunaikannya
sesudah sholat maka itu adalah shodaqoh dari beberapa shodaqoh.
Keterangan:
1. Hadits nomor 1 sampai no 4 dikeluarkan oleh Jamaah, kecuali
Ibnu Majah.
2. Hadits no 5 dikeluarkan juga oleh Ibnu Majah
3. Hadits-hadits tersebut menjelaskan, bahwa wajibnya
mengeluarkan zakat itu sebelum orang-orang melaksanakan sholat
4. Sedangkan Ibnu Umar membolehkan mengeluarkan zakat sehari
atau dua hari sebelum sholat
5. Jadi berdasarkan hadits shohih diatas nomor 1, no 2, no 4
dan no 5 shahnya membayar zakat fithri itu setelah sholat shubuh dan sebelum
sholat Idul fithri
6. Jika dibayarkan sesudah sholat Idul Fithri, maka nilainya
menjadi shodaqoh biasa (bukan zakat Fithri lagi).
Ihktilaf
Para Ulama Tentang Memulai Membayar Zakat Fithri
1.
Sebagian para
Ulama ada yang beranggapan sejak tanggal/hari pertama sudah boleh
mengeluarkannya.
-
Alasan mereka
adalah: Yang terdapat dalam Al-Muhadza-dzab: I: 165.
وَيَجُوْزُ تَقْدِيْمُ
الْفِطْرَةِ مِنْ أَوَّلِ شَهْرِ رَمَضَانَ
ِلأَنَّهَا تَجِبُ بِسَبَبَيْنِ صَوْمٍ رَمَضَانَ وَالْفِطْرِ مِنْهُ
فَإِذَا وُجِدَ أَحَدُهُمَا جَازَ تَقْدِيْمُهَا عَلَى اْلأَخَدِ.
Dan boleh mendahulukan zakat fithri
sejak dari hari pertama bulan Romadhon, karena sesungguhnya zakat fithri itu
wajib karena dua sebab, pertama
karena sebab shaum Romadhon, dan kedua karena berbuka shaum Romadhon. Maka
apabila telah terdapat satu dari keduanya, boleh mendahulukannya.
2.
-
Alasan mereka
adalah:
a.
SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t وَكَانَ ابْنُ
عُمَرَ يُعْطِيْهَا لِلَّذِيْنَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوْا يُغْطُوْنَ قَبْلَ
الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.
Dari Nafi, dari Ibnu Umar ra adalah Ibnu
Umar memberikan zakatnya kepada orang-orang yang biasa menerimanya, dan mereka
diserahi sebelum Idul Fithri sehari atau dua hari.
b.
Al-Muath-tho:
I: 268
قَالَ نَافِعٌ أَنَّ عَبْدِ
اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَبْعَثُ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ إِلَى الَّذِيْ يُجْمَعُ
عِنْدَهُ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةٍ. (رواه مالك)
Berkata Nafi, bahwa Abdullah bin Umar
adalah suka mengirimkan zakat fithri kepada penampung/pengumpul zakat sebelum
Idul Fithri dua atau tiga hari.
3.
Diantara para
Ulama juga ada yang berpendapat, bahwa mengeluarkan zakat fithri itu dari mulai
matahari terbenam satu Syawal.
Alasan mereka,
terdapat didalam Al-Muhadz-dzab: I: 165
لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ t أَنَّ النَّبِيَّ B قَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ
وَالْفِطْرَ مِنْ رَمَضَانَ لاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ
لَيْلَةِ الْعِيْدِ وَ ِلأَنَّ الْفِطْرَةَ
جُعِلَتْ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ بِدَلِيْلِ مَرُوِى أَنَّ النَّبِيَّ B فَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً
لِلصَّائَمِ مِنَ الرَّفَثِ وَاللَّغْوِوَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ وَانْفِضَاءُ
الصَّوْمِ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ.
Karena yang telah Ibnu Umar ra riwayatkan,
bahwa Nabi B telah memfardhukan shodaqoh pada bulan
Romadhon dan berbuka dari (shaum) Romadhon, yang tidak ada (berbuka Romadhon itu)
kecuali setelah terbenam matahari pada malam Id dan karena sesungguhnya zakat
fithri itu dijadikan pembersih bagi orang yang shaum dengan dalil apa yang
telah diriwayatkan, bahwa Nabi B telah
memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi yang shaum dari rofas (ucapan
kotor) dan lagau (sia-sia) dan sebagai makanan untuk orang-orang miskin,
sedangkan penghabisan shaum itu dengan terbenamnya matahari.
4.
Diantara para
Ulama juga ada yang berpendapat bahwa waktu mengeluarkan zakat fithri itu tidak
sah, kecuali sebelum
orang-orang pergi untuk sholat Id, yaitu mulai dari terbit fajar shidiq.
Alasan mereka adalah:
SAD: I: 376: 1609
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ
اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ فَمَنْ أَذَاهَا قَبْلَ
الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ
فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
Dari Ibnu Abbas ra telah berkata: Rosululloh
Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi yang shaum dari
perbuatan sia-sia dan ucapan kotor dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.
Maka siapa saja yang menunaikannya sebelum sholat (Id) maka itu zakat yang
diterima dan siapa saja yang menunaikannya sesudah sholat maka itu adalah satu
shodaqoh dari beberapa shodaqoh.
NA: IV: 206
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِزَكَاةِ
الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ حُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ. (رواه الجماعة إلا إبن ماجه)
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh
Saw telah memerintahkan zakat fithri agar dibayarkan sebelum orang-orang keluar
untuk sholat (Id) Hr. Jamaah kecuali Ibnu Majah.
5.
Diantara mereka
(para Ulama) ada yang berpendapat, bahwa mengeluarkan zakat fithri itu, sah-sah
saja sekalipun setelah sholat Id, namun hukumnya makruh.
Keterangan:
Menurut para Ulama ada
1.
Sejak hari
pertama Romadhon
2.
Satu atau dua
hari sebelum Id
3.
Sejak
terbenamnya matahari satu Syawal
4.
Sesudah sholat
shubuh/sebelum sholat Id
5.
Sah juga
sesudah sholat
6.
Tetapi diantara
kelima itu yang sesuai dengan hadits Rosululloh Saw yang shohih adalah
pendapat no. 4. Ini yang Tsabit
Tanggapan
Tentang Ikhtilaf
Pertama: Mengenai
mengeluarkan zakat fithri dibolehkan sejak mulai hari pertama bulan Romadhon.
Pendapat ini berlawanan dengan Nash
hadits yang shohih yang menyebutkan, bahwa zakat fithri itu dikeluarkan sejak
orang-orang keluar untuk sholat Id, Nash hadits tersebut adalah:
1. SAD: 376: 1609
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ.فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ
فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ
مِنَ الصَّدَقَاتِ.
Dari Ibnu Abbas telah berkata:
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih yang shaum
dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor, dan sebagai makanan bagi
orang-orang miskin, maka siapa saja yang mengeluarkannya sebelum sholat (Id),
maka itu termasuk zakat yang diterima, dan siapa saja yang mengeluarkannya
sesudah sholat (Id),maka itu termasuk satu shodaqoh dari beberapa shodaqoh,
2. SHOHIH BUKHORI: I:
2: 139
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ B أَمَرَ بِزَكَاةِ
الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh
Saw telah memerintahkan membayar zakat fithri itu sebelum orang-orang keluar
untuk sholat.
Jadi jelaslah pendapat
pertama ini, jika melihat hadits tersebut tidak bisa diamalkan. Hadits No 2 SHOHIH
BUKHORI: I: 2: 139 dikeluarkan oleh Jamaah kecuali Ibnu Majah.
Kedua: Pendapat
ini membolehkan mengeluarkan zakat fithri satu hari atau dua hari sebelum Idul
Fithri, mereka berdalil:
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ t ....وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ
t يُعْطِيْهَا
الَّذِيْنَ يَقْبَلُوْنَهَا وَكَانُوْا يُعْطُوْنَهَا قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ
أَوْ يَوْمَيْنِ.
Dari Nafi, dan adalah Ibnu Umar ra
memberikan zakat fithrinya kepada mereka yang biasa menerimanya dan mereka
diserahi zakat itu sebelum Idul Fithri, satu hari atau dua hari (Hr. Bukhory SHOHIH
BUKHORI: I: 2: 139)
Padahal Ibnu Umar mengeluarkan zakat
fithri tersebut kepada pengumpul zakat (panitia) bukan kepada mustahiq secara
langsung, perhatikan keterangan dibawah ini:
1. FB: III: 298
وَقَدْ ثَبَتَ فِى رِوَايَةِ
ابْنِ خُذَ يْفَةَ مِنْ طَرِيْقِ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ أَيُّوْبَ قُلْتُ: مَتَى
كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُعْطِيْ ؟ قَالَ: إِذَا قَعَدَ الْعَامِلُ.قُلْتُ: مَتَى
يَقْعُدُ الْعَامِلُ ؟ قَالَ: قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.
Dan sungguh telah kuat (sah) didalam
riwayat Ibnu Khudzaimah dari jalan Abdul Warits dari Ayyub, aku pernah
bertanya: Kapan Ibnu Umar memberikan zakat fithrinya? Ia mennjawab: Apabila
amil/pengurus telah siap. Aku bertanya: Kapan pengurus itu siap? Ia menjawab:
Sebelum Idul Fithri satu atau dua hari.
Al-Muath-Tho: I: 268
قَالَ نَافِعٌ أَنَّ عَبْدِ
اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَبْعَثُ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ إِلَى الَّذِيْ تُجْمَعُ
عِنْدَهُ قَبْلَ اْلفِطْرِ بيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةٍ.
Berkata Nafi, bahwa Abdullah bin Umar mengirimkan
zakat fithrinya kepada orang yang mengumpulkan/penampung zakat sebelum Idul
Fithri dua hari atau tiga hari.
2.
Abu Abdillah
(Mushonif) berkata: Maksudnya Imam Bukhory.
كَانُوْا يُعْطُوْنَ لِلْجَمْعِ
لاَ لِلْفُقَرَاءِ
Mereka suka memberikan (zakat fithrinya)
kepada penampung (panitia) bukan kepada fukoro secara langsung.
Jadi jelasnya, mengeluarkan zakat
fithri sehari atau dua hari atau tiga hari sebelum Idul Fithri itu, diserahkan
kepada panitia pengumpul zakat fithri, bukan kepada mustahik langsung.
Jadi jika diberikan kepada mustahiq
langsung, maka tidak sah, dan tidak bisa diamalkan.
Ketiga:
Mengenai zakat fithri itu dikeluarkan mulai terbenam matahari pada tanggal satu
Syawwal. Alasannya:
Al-Muhadz-Dzab: I: 165
لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ t أَنَّ النَّبِيَّ B فَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ
لاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بَعْدَ غُرُوْبٍ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ الْعِيْدِ وَ
ِلأَنَّ الْفِطْرَةَ جُعِلَتْ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ بِدَلِيْلِ مَا رُوِىَ أَنَّ
النَّبِيَّ B
فَرَضَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ الرَّفَثِ
وَاللَّغْوِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ وَانْفِضَاءُ الصَّوْمِ بِغُرُوْبِ
الشَّمْسِ.
Karena riwayat Ibnu Umar ra sesungguhnya
Nabi B telah memfardhukan shodaqoh fithri dari
bulan Romadhon. Sedangkan berbuka dari Romadhon itu tidak akan terjadi kecuali
setelah terbenam matahari pada malam Id. Karena zakat fithri itu dijadikan
sebagai pembersih bagi orang shaum dengan dalil apa yang telah diriwayatkan,
bahwa Nabi B telah memfardhukan shodaqoh fithri itu
sebagai pembersih untuk orang yang shaum dari rofats dan lagow dan sebagai
makanan bagi orang-orang miskin dan berakhir shaum dengan terbenamnya matahari.
Pendapat ini juga tidak kuat dan
tidak bisa dijadikan landasan hukum untuk membayar zakat fithri setelah
matahari terbenam yaitu tanggal satu Syawwal atau pada malam Idul Fithri.
Alasan/dalil yang dikemukakan
termasuk dalil yang lemah, karena hadits itu ada rowi yang bernama Muhammad bin
Umar Al-Waqidi dan dia menurut Ibnu Adi dan Daraquthni ada rowi/sanad dhoif
(Subulus Salam: II: 138) Jadi pendapat ketiga ini tidak bisa diamalkan.
Keempat: Zakat
fithri itu wajib dikeluarkan sebelum orang-orang pergi untuk sholat Id, yaitu
mulai terbit fajar shodiq.
Alasan mereka:
SHOHIH BUKHORI: I: 2: 139
dan SAD: I: 376:1609. Yang intinya kedua hadits shohih itu menjelaskan, bahwa
zakat fithri wajib dikeluarkan sebelum orang-orang pergi sholat Idul Fithri.
Kemudian diperkuat
dengan:
1. NA: IV: 206
قَالَ ابْنُ التِّيْنِ: أَيْ
قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى صَلاَةِ الْعِيْدِ وَبَعْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ.
Menurut Ibnu Tin: Yaitu sebelum
orang-orang keluar untuk sholat Id dan sesudah sholat Shubuh.
2. Al-Muhallah: VI:
142
فَهُوَ إِثْرُ طُلُوْعِ
الْفَجْرِ الثَّانِى مِنْ يَوْمِ الْفِطْرِ.
Mengeluarkan zakat fithri itu setelah
terbit fazar yang kedua pada hari raya/Idul Fithri.
3. Al-Muath-Tho: 268
عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ رَأَى
أَهْلَ الْعِلْمِ يَسْتَحِبُّوْنَ أَنْ يُخْرِجُوْا زَكَاةَ الْفِطْرِ إِذَا
طَلَعَ الْفَجْرُ مِنْ يَوْمِ الْفِطْرِ قَبْلَ يَغْدُوْا إِلَى الْمُصَلَّى
قَالَ: مَالِكٌ وَذ'لِكَ وَاسَعٌ إِنْ شَاءَ الله ُ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ الْغُدُوِّ يَوْمَ
الْفِطْرِ وَ بَعْدَهُ.
Dari Malik, sesungguhnya ia telah
melihat para Ahli ilmu menyukai mengeluarkan zakat fithri, manakala telah
terbit fajar pada hari Idul Fithri, sebelum mereka pergi kelapangan. Menurut
Imam Malik, hal semacam itu luas Insya Allah, jika dikeluarkan sebelum pergi
(ke lapangan) pada hari Idul Fithri dan sesudahnya juga.
Jadi pendapat keempat inilah yang
bisa dipertanggung jawabkan untuk diamalkan, yaitu mulai terbit fajar (sholat
shubuh) sampai orang-orang sholat Id (sebelum sholat Idul Fithri).
Kelima: Mengenai
pendapat bolehnya dikeluarkan setelah sholat Id, maka pendapat ini tidak bisa
dipertanggung jawabkan, karena tidak ada dalilnya sama sekali, dan bertentangan
dengan zhohir hadits yang shohih seperti:
Siapa saja yang menunaikannya sebelum
sholat, maka itu adalah zakat yang diterima, dan siapa saja yang
mengeluarkannya sesudah sholat Id maka menjadi shodaqoh biasa (SAD: I:
376:1609). Jadi jelas pendapat kelima ini tidak bisa diamalkan.
Kesimpulan:
Jadi sebagai
kesimpulan, bahwa yang sah zakat fithri itu dikeluarkan setelah sholat shubuh
dan sebelum sholat Id. Tetapi jika dititipkan kepada sipengumpul/panitia
dibolehkan sehari, dua hari atau tiga hari sebelum Idul fithri.
Mereka
Yang Berhak Menerima Zakat Fthrah
SAD: I: 376: 1609
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ t قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ B زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ
مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ.
Dari Ibnu Abbas ra telah berkata:
Rosululloh Saw telah memfardhukan zakat fithri sebagai pembersih bagi yang
shaum dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor, dan sebagai makanan bagi orang
yang miskin.
Dijelaskan didalam NA:
IV: 206 tentang hadits diatas sebagai berikut:
فِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّ
الْفِطْرَةَ تُصْرَفُ فِى الْمَسَاكِيْنِ دُوْنَ غَيْرِهِمْ مِنْ مَصَارِفِ
الزَّكَاةِ كَمَا ذَهَبَ إِلَيْهِ الْهَادِى وَالقَاسِمِ وَأَبُوْ طَالِبٍ.
Hadits itu (SAD: I: 376: 1609)
menunjukkan bahwa zakat fithri itu diberikan kepada orang-orang miskin bukan
selain mereka dari golongan-golongan (penerima) zakat. Sebagaimana pendapat
Al-Hadi, Al-Qosim dan Abu Tholib.
Keterangan:
1.
Zakat Fithri
itu peruntukkannya adalah untuk orang-orang miskin, disebut orang miskin,
karena orang fakir pasti terbawa, karena standar
penghasilan orang fakir lebih kecil dari orang miskin.
2.
Jika disebutkan
orang fakir, orang miskin tidak termasuk didalamnya, sebagaimana menyebutkan
orang miskin. Maka orang kaya tidak termasuk didalamnya.
Zakat Fithri Bayi
YangMasih Didalam Kandungan
1.
عَنْ
سُلَيْمَنَ بْنِ يَسَارٍ أَ نَّهُ سُئِلَ عَنِ الْحَمْلِ أَيُزَكَّى عَنْهُ ؟ قَالَ: نَعَمْ.
Dari Sulaiman bin Yasar, sesungguhnya ia
ditanya tentang anak yang masih didalam kandungan, apa harus dibayarkan zakat?
Ia menjawab: Ya (Al-Muhalla: VI: 131)
2.
إِنَّ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ كَانَ يُعْطِى صَدَقَةَ الْفِطْرِ عَنِ الصَّغِيْرِ
وَالْكَبِيْرِ وَالْحَمْلِ. (رواه أحمد)
Sesungguhnya Utsman
bin Affan adalah mengeluarkan zakat fithri dari anak-anak, orang dewasa, dan
bayi yang dikandungan. Hr. Ahmad.
3.
عَنْ
أَبِى قِلاَبَةَ قَالَ: كَانَ يُعْجِبُهُمْ أَنْ يُعْطُوْا زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِ
الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ حَتَّى عَنِ الْحَمْلِ فِى بَطنْىِ أُمِّهِ (رواه عبد الرّزاق)
Dari Abi Kilabah, ia berkata: Adalah
menjadi perhatian mereka (para Shohabat) untuk mengeluarkan zakat fithri dari
anak kecil orang dewasa sampai yang masih dalam kandungan ibunya. Hr. Abd-Rozaq.
Keterangan:
1.
Menurut
pendapat-pendapat diatas, maka bayi yang masih didalam kandungan ibunya juga
wajib dikeluarkan zakat fithranya.
2.
Pertimbangannya
adalah: Qs:
وَلاَ تَقَتَلُوْا
أَوْلاَدِكُمْ.
& “Janganlah kamu membunuh anak-anakmu”
Dalam
hal ini anak yang masih didalam kandungan ibunya juga haram/dilarang dibunuh.
3.
Maka begitu
juga, mengenai zakat tersebut
Batasan Fakir Dan
Miskin
ألْفَقِيْرُ: عِبَارَةٌ عَنْ فَقْدِ مَايَحْتَاجُ إِلَيْهِ. وَالْفَقْرُ أَسْوَأُ
حَالاً وَأَشَدُّ حَاجَةً مِنَ
الْمِسْكِيْنِ.
Fakir itu: Adalah satu
ibarat dari kosongnya apa yang ia butuhkan (tidak mendapatkan apa yang
dibutuhkannya) dan Fakir itu lebih susah keadaan dan lebih sangat kebutuhannya
dari pada miskin
Alasan ini seperti
digambarkan didalam Qs: 2: 273.
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِيْنَ
أُحْصِرَوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى اْلأَرْضِ
يَحْسَبُهُمُ الْجَهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ...الأية
& “Bagi orang-orang yang mereka terikat dijalan Allah, mereka
tidak dapat (berusaha) dimuka bumi. Orang-orang yang tidak tahu menyangka itu
orang kaya, karena menjaga diri dari meminta-minta”
أَلْمِسْكِيْنُ: هُوَ الَّذِىلَهُ شَيْئٌ لَكِنَّهُ لاَ يَكْفِيْهِ.
Orang miskin itu ialah
orang yang mempunyai sesuatu tetapi tidak mencukupinya.
Alasannya Qs: 18: 79
أَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ
لِمَسَاكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ...ألأية
&
“Adapun perahu itu milik
orang-orang miskin yang bekerja dilaut..”
Keterangan:
Menurut ayat-ayat
diatas orang fakir lebih rendah tingkat penghasilannya dari pada orang miskin.
Hukum
Memberikan Zakat Fithri/zakat kepada orang fakir yang kafir
1. Qs: 2: 273
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِيْنَ
أُحْصِرُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ....
& “Bagi
orang-orang fakir yang terikat dijalan Allah…”
Keterangan:
1.
Yang dimaksud
terikat pada ayat itu adala orang-orang yang menyibukkan diri dengan urusan
Allah (ahli Ibadah).
2.
Fi Sabilillah
berarti dijalan Allah, bukan jalan Thogut
3.
Dengan begitu,
maka orang fakir disini, adalah fakir yang mu’min
4.
Maka haram hukumnya
memberikan zakat/zakat fithri kepada orang fakir yang kafir
5.
Berbeda halnya
dengan sosial lainnya, sebagai misal hadiah, shodaqoh biasa, tetapi untuk zakat
wajib mustahiq-nya adalah fakir miskin yang beriman.
No comments:
Post a Comment
Hikmah dalam kata akan terkenang sepanjang massa. Sertakan Komentar Anda. (Perkataan yang Tidak Sopan Tidak Akan Ditampilkan)